❥FOURTEEN

1.4K 99 13
                                    



***

2 minggu kemudian.

Cakra di ruangannya sudah terlihat tak terkendali, istrinya benar-benar menghilang tampa jejak. Bahkan ia sengaja membuat berita menghebohkan di seluruh kota, guna memancing istrinya itu untuk keluar dari persembunyiannya.

"Kalian dimana sebenarnya.." gumam sedih Cakra yang sudah kehilangan gairahnya merindukan istri dan anaknya.

Samar Cakra mendengar suara keributan di luar, namun ia mengabai. Menatap dengan tajam empu yang membuka kasar pintu ruangannya di kantor. Semakin marah dan malas saat melihat pelakunya.

"Ada apa" ucap datar dan tak minat Cakra.

"Kamu hampir sebulan ini mengabaikan ku Caka! Aku selalu menghubungi mu, namun tak kamu angkat?!"

"Pergilah, Rose"

"Tidak! Ayahku sudah tahu aku hamil, dia sangat marah besar padaku Caka. Tanggungjawab!"

"Kepala ku sakit Rose, jangan menambah masalah"

"CAKRAAA!"

Cakra yang kehabisan kesabaran melemparkan papan kaca pengenal namanya di atas meja pada Rose, hanya menyambar tubuh Rose, namun anginnya sangat kencang benda tersebut berbentur pada tembok dan hancur berkeping-keping.

Rose menatap benda tersebut dengan rasa takut, lalu beralih pada Cakra.

"Kau ingin mati?" tekan Cakra menatap nyalang pada Rose.

"Caka.." ucap lembut Rose, membujuk amarah Cakra agar mereda.

"Gugurkan saja anak itu, dan jangan merepotkan ku." ucap dingin Cakra tak berperasaan. Rose sangat terkejut.

"Temui Jonathan, minta cek dan isi sesukamu" ucap kembali Cakra yang memunggungi Rose.

Rose tak berucap apapun lagi, ia pergi dengan rasa kesalnya di dalam hati.

"Tambahkan orang untuk mencari keberadaan Nyonya Callisthenes." ucap Cakra yang menghubungi orangnya melalui telepon.

**

Di dalam kantor yang terkesan dingin, sosok yang duduk di kursi kekuasannya tak hentinya menampilkan smirknya. Ia mengetahui semua kejadian dan kekacauan yang terjadi di kediaman Callisthenes.

"Jadi dia sudah sadar?" ucapnya terdengar licik.

"Tapi kemana kiranya wanita itu bersembunyi? Siapa yang melindunginya?" monolognya.

"Orang kita juga belum menemukannya tuan" ucap pria yang berdiri di samping meja sosok dingin tersebut.

"Periksa lebih lanjut, apa ada orang terdekat Cita yang membantunya"

"Baik,"

Seperginya orang kepercayaan itu, ponselnya berdering. Segera ia menyambar ponselnya.

"Ayah! Kapan pulangnya? Shila kangen, tak sabar dengan boneka panda Shila" ucap suara riang di seberangnya. Pria tersebut tersenyum tipis.

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang