❥TWENTY THREE

1.3K 91 14
                                    





***

Hari kedua.

Cakra semakin di dapatkan dengan pekerjaan yang benar-benar pertama kalinya untuk ia kerjakan.
Ya, sebenarnya Cakra ingin sekali menyingkirkan Ibunya, ingin mengurungnya saja di Mansion. Ibunya menghasut mertuanya untuk mempekerjakan seorang pemimpin Callisthenes berkebun, memanen bahkan sekarang, dua keluarga dan satu keluarga kecil pergi ke peraiaran, dan Cakra di suruh membajak kerang.

"Mam! Yang benar saja!" ucap kesal Cakra menatap Kalista sementara Jahnna bersama Yema menggendong si kembar. Candra dan Cano bermain kejar-kejaran dengan di pantau Cita dan Caca.

Pukulan di lengannya menjadi siksaan tersendiri untuk Cakra, walaupun tidak sakit namun hatinya begitu tertekan, ia kan ingin membuktikan keseriusannya pada Cita dan kedua anaknya, kenapa ia seperti mendapatkan hukuman dari Ibunya? Benar-benar miris.

"Kerjakan cepat Caka! Kamu mau membuat Cita tertarik kan? Dan mendapatkan maaf dari kedua anakmu? Nah buat mereka terkesan karena pekerjaan mu"

"Tapi mam, ini bukan hal mudah,"

"Yang bilang semua pekerjaan itu mudah siapa hah?!"

"Mama,"

"CAKA!"

Cakra langsung melakukan pekerjaannya, ia mendorong pembajak kayu di tanah yang begitu lembek bahkan membuat tubuhnya tenggelam sampai sepinggangnya.

Cakra menengok pada Ibunya yang seperti mandor.
"Cepat! Jangan menye kamu kan laki,"

Cakra melirik sebentar pada anak-anak dan istrinya, mereka tampak sibuk mengabaikan dirinya yang ingin membuat terkesan dengan melakukan pekerjaan secara langsung. Namun kobaran semangat Cakra semakin membara, mau ia tak di perhatian atau di perhatikan tentu saat mereka memakan kerang hasil kerja nya, Ibunya akan membantu  membahas pekerjaan Cakra, membayangkan dirinya mendapatkan sanjungan membuat Cakra semakin bersemangat. Ia di bantu pria tua yang memang pekerja asli,

Saat Cakra sudah terlalu fokus pada pekerjaannya, Cita, Caca, Yema, Jahnna dan Candra Cano memandang punggung pemimpin Callisthenes itu bekerja.

"Caka benar-benar serius, bagaimana menurut kalian?" ucap Yema.

Namun Jahnna, dan Caca justru memandang Cita.
"Cita tak tahu.." ucap Cita

"Apa perasaan mu kepada kakakku sudah benar-benar hilang Cita?" tanya Caca.

Cita bergeming. Membuat Yema, Jahnna dan Caca hanya menatap Cita dan Cakra bergantian.

Hari ke tiga.


Cakra di tugaskan untuk mengecat rumah seorang diri, kehadirannya benar-benar tidak memiliki waktu untuk mendekatkan diri pada istri dan anak-anaknya. Namun ia harus melakukannya, sebagai bentuk pembuktiannya. Lalu untuk keseriusan adalah memiliki waktu bersama keluarga kecilnya, namun itu belum terlaksana karena ada saja pekerjaan yang menunggunya.

"Wah menantu pak Yema sangat berbakti sekali.." ucap tetangga yang lewat, kebetulan Yema sedang keluar membuang sampah.

"Iya Bu, menantu saya memang paling baik.. Mau mampir?"

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang