❥TWENTY SEVEN

1.1K 88 2
                                    



***

Selama 7 jam akhirnya lampu yang berada di atas pintu jalur masuk ruang operasi padam, pertanda operasi telah selesai. Mereka yang menyaksikan sedikit merasa legah namun tak sepenuhnya sebab mereka menantikan kemunculan dokter ataupun perawat dan suster untuk keluar ruangan, sakiranya dapat menanyakan keadaan lebih lanjut dari orang yang mereka khawatirkan sejak tadi.

"Kenapa ini.. Kenapa dokter atau yang lainnya belum keluar juga.." ucap resah Kalista meremat kedua tangannya. Sementara Cita terus mengusap lengan atas ibu mertuanya.

Yema dan Jahnna pergi ke ruangan lain, sebab mengistirahatkan si kembar dan anak-anak, sebenarnya anak-anak sangat tidak di perbolehkan untuk berlama di rumah sakit, namun karena Kalista sudah mengatur ruangan khusus untuk cucu kembarnya maka pengecualian namun juga terbatas.

Sekitar 25 menit, dokter yang menangani operasi Cakra keluar, terlihat wajah kelelahannya.

"Bagaimana!" ucap tak sabaran Kalista, Cita dan Caca cukup tersentak karena ucapan Kalista yang bisa di katakan cukup besar, karena rumah sakit yang memang pada dasarnya penuh dengan ketenangan.

Dokter mengangguk kecil, "Pasien sudah melewati masa kritisnya Nyonya.. Dan masih di lakukan pemeriksaan lebih lanjut, harap Nyonya bersabar sedikit," ucap dokter yang menangani operasi berlalu, taka lama suster ikut keluar, kembali langkahnya tertahan, sebab Cita yang menahan ingin menanyakan hal yang lebih penting.

"Sus.."

"Nyonya silahkan tunggu dulu. Sementara pasien akan kami siapkan untuk pindah keruangan khusus, kami masih membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, untuk sementara anda sekalian hanya bisa melihat dari luar"

Mendengar itu tubuh Kalista menjadi ambruk, beruntung Dandi menahannya dengan cepat.

"Mam!" ucap panik Caca, begitu juga dengan Cita.

Dandi segera menggendong tubuh Kalista ke bangsal umum. Di ikuti dengan Caca yang mengekori.

Tersisa Cita, Tenias dan Jonathan di sana, menunggu keluarnya tubuh Cakra sehabis operasi.

Tak lama pintu terbuka lebar, suster dan perawat yang bertugas mendorong brankar milik Cakra, keadaan yang terlihat sangat lemah, tak berdaya dengan mata terpejam, kepala di balut kasa juga wajahnya yang tertutup oleh masker oksigen, tangannya di berikan alat pendeteksi jantung dan beberapa alat medis lainnya yang melekat pada tubuh kekarnya.

Tubuh Cita sedikit lemas, beruntung Tenias yang berada di sampingnya menahan tubuhnya.

"Cit.. Kamu okey?" tanya Tenias, melihat Cita masih tersadar.

"Eum.." gumam lemah Cita.

Di depan, mereka hanya dapat melihat sosok Cakra yang terbaring seperti sedang tidur, di pintu jendela ruangan khusus Cakra.

Cita menempel pada jendela pintu, tangannya menyentuh kaca seakan menyentuh Cakra yang sedang terbaring. Pandangannya begitu lurus, menatap sendu sosok pria yang berada di dalam.

"Caka... Kembali, anak-anak masih membutuhkanmu.." cicit Cita menetaskan air matanya.

Tenias menyandarkan kepalanya di dada Jonathan menatap Cita, dan Cakra yang berada di dalam. Ia tahun sedikit banyaknya kehidupan Cita, ia paling sedih melihat kerapuhan sahabatnya.

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang