❥THIRTY-NINE

958 68 0
                                    



***

Sepulang sekolah Celly berdiam diri di kamar, ia tak benar-benar merajuk, hanya benar lelah karena habis di bawa jalan sama Tamarius sampai menguji nyali, tunangannya itu bercandanya agak ektrim. Jika mengingat itu Celly rasanya ingin memukul kepala Tamarius dengan balok kayu.

Setelah tertidur, bangun bangun Celly melihat jam sudah menunjukkan angka 07.30 yang benar saja tak ada yang membangunkannya makan malam? Bahkan ke sekolah?!

"Iih telat kan!" ucap Celly langsung turun tergesa ke kamar mandi, dan membersihkan tubuhnya ala kadarnya saja.

Kemudian terduduk kala kesadarannya benar-benar pulih, termenung di pinggiran tempat tidur.

"Sabtu ternyata.." gumam Celly merutuki kebodohannya, namun soal tidurnya yang 16 jam ia tak bisa ia merutuki sebab memang kelelahan.

Berjalan lunglai kembali ke ruang pakaiannya mengganti seragam ke pakaian yang lebih santai.
Kemudian kembali dengan merebahkan tubuhnya.
"Tau gitu aku masih tidur saja," gumamnya sedikit terdam dengan tempat tidur.

Tak lama ia merasakan tubuhnya melayang, dengan cepat tubuhnya terasa berputar dan tergelantungan di pundak kokoh seseorang.

Tangan kecil Celly meraba punggung kokoh tersebut kemudian tersenyum culas, memukul brutal punggung tersebut.

"Daddy! Turunkan El! El tidak mau bersama Daddy!" ucap Celly mengamuk.

"Diamlah El,"

"Ah! Tidak!" jwaban Celly lelah dengan aksi melawannya, Celly kemudian bergumam lirih.

"Daddy.. Kepala El sakit.." ucapnya, mendengar itu Cakra dengan cepat merubah posisi tubuh putrinya dan menggendong dengan ala brydal style.

El mendongak kala pandangan Ayah dan anak itu bertemu.

"Daddy mau bawa El kemana? Terus mana yang lain?" ucap Celly kemudian menelusuri sekitarnya, ia sudah berada di halaman depan dengan pintu mobil yang sudah terbuka di depan sana.

"KAKAK! EL DI CULIK DADDY! MOMMY HELP!" teriak Celly, namun tubuhnya sudah di letakkan di kursi samping kemudi dan dengan cepat Cakra masuk lalu mengunci otomatis.

Memalingkan wajahnya menatap putrinya, "Daddy sudah ijin sama mereka. Cari pertolongan siapa lagi kau hm?" ucap Cakra menatap mengejek pada putrinya.

"DADDY!"

"yaa?"

".. Kenapa menculik El, padahal kan El tampa di culik pun akan menjadi anak yang patuh," ucap pelan Celly melihat perubahan sedih di wajah bungsunya Cakra menjadi ikut merasa sedih dan bersalah.

Celly yang menunduk tersenyum culas, "JIAKH! tapi boong~" ucap Celly memukul kepala belakang Cakra dengan tangan kecilnya lalu duduk di bangku penumpang.

Cakra cukup terkejut, menatap tajam pada putrinya yang sangat nakal.
"El kembali ke tempat mu!" perintahnya.

"Disini saja, atau tidak sama sekali El ikut!" balas Celly dengan ancamannya.

"Hhah~ anak ini.." gumam Cakra pasrah ia melajukan mobilnya meninggalkan Mansion.

Di balkon, Cano dan Calvin berdiri di pembatas kaca.
"Kak Ano benar melepaskannya dengan mudah?" tanya Calvin tak percaya dengan kepatuhan kakak keduanya.

Candra yang bersandar di tembok menimpali, "Kali ini, apalagi yang Daddy berikan padamu?"

"Huh? Ternyata El kakak anggap serendah itu dari kemauan kakak?" ucap Calvin menatap Cano.

"Sebenarnya, aku ketahuan Daddy merokok" ucap Cano menyanggahkan kedua sikunya di pembatas balkon.

"Hah?" ucap Calvin

"Bodoh!" geram Candra.

"Tapi Mommy belum tau kan?" ucap kembali Candra.

"Aman, makanya sekarang Daddy menggunakan ancaman itu padaku agar aku tak mempersulitnya" ucap Cano.

"Kamu sih, sudah kakak bilangin jangan coba-coba. Tapi kamu tak di apa-apain Daddykan?" ucap khawatir Candra namun hanya terlihat dari sorotan matanya, tubuhnya masih bersandar santai di tembok dekat pintu masuk ruangan.


"Ya, aku memang tak di pukulinya. Namun Daddy memaksaku mengerjakan pekerjaan di cabang lusa saat aku PKL, dan yang paling membuat ku marah, hak istimewa ku di cabut" ucap nelangsa Cano.

"Menurut ku, itu tak masalah No," ucap Candra berlalu.

Calvin menengok pada Cano, "hak istimewa apa?"

"Bebas kerja lapangan, kakak hanya akan tinggal di dalam kantor tampa melakukan tinjauan secara langsung. Dan hasilnya langsung di serahkan sama manager,"

"Bagaimana bisa kakak mau memberikan laporan kalau kakak tak terjun langsung?"

"Kau!!—KAMU MERAGUKAN KEMAMPUAN KAKAK!" ucap Cano, segera Calvin berlari menyelamatkan diri namun sebelum itu ia sengaja mengunci pintu.

"YAAKK! AL BUKA PINTUNYA! BUKA PINTUNYA! BOCAH!! BUKAAA!!"

Di dalam, Calvin menangkupkan kedua tangannya di depan wajah memohon maaf pada kemarahan Cano namun ia tak ada niat untuk membuka. Cano tampak menggedor-gedor pintu kaca, setelah melihat hasil kakaknya sia-sia Calvin segera berlari. Samar ia mendengar amukan Cano di luar.

**

"Wuaah~! Zoo!"  girang Celly saat mobil mereka baru sampai, ia dengan cepat berlari meninggalkan Cakra yang baru keluar mobil.

"El! Tunggu Daddy!" ucap Cakra.

Dengan cepat Cakra menyusul putrinya seraya mengumpat. Lama ia mengedarkan pandangannya, lalu melihat putrinya yang tampak sedikit bingung dengan posisinya.

Cakra memeluk tubuh putrinya dengan erat, "Jangan langsung pergi.." menyadari kesalahannya, Celly ikut memeluk tubuh besar Daddynya.

"Maafkan El Dadd.." Cakra mengurai pelukannya.

"El.." Celly menatap lekat pada wajah ganteng Ayahnya.

Berapa umur mu sekarang?"

Cakra menyentil pelan kening Celly. Karena putrinya itu tampak terdiam.

"14 tahun! Daddy,"

Melihat wajah polos putrinya, membuat sudut bibir Cakra menaik menatap lamat pada wajah cantik putrinya.

Tangan terulur mengusap wajah putrinya.

"El harus berhati-hati dari sekarang, apalagi saat keluar Mansion. El mengerti hm?" ucap Cakra, ia tidak berani memberitahu secara langsung pada putrinya jika di umurnya sekarang memiliki banyak predator, mengingat pertemuannya terakhir dengan pemimpin Irwin mereka berbicara sangat serius, dan Cakra semakin menjadi harus melindungi putrinya.

Cakra mengambil topi yang sejak tadi di gantungnya di pinggang tali kecil tempat gespernya. Memakaikan pada kepala putrinya dan menariknya semakin ke depan agar wajah cantik putrinya tertutupi.

"Gunakan ini saat akan keluar, tetap berada di sekitar orang yang bersamamu pergi. Jika bersama kakak maka harus bersama kakak, jika bersama Mommy maka harus selalu bersama Mommy, El harus pegang tangan tersebut erat"

Celly mengangguk.

"Ayo, ada hal yang menarik sudah menunggu kedatangan El"

"Apa?"

"Pegang tangan Daddy dulu!" dengan cepat dan terkikik tangan kecil Celly memegang tangan besar Daddynya berjalan beriringan dengan kedua tangan yang saling berpegangan itu tergoyang ke depan belakang, mengayun.

















T. B. C

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang