❥SEVENTY NINE

379 35 2
                                    

***

Jam 12 malam kembali Celly merasakan gelombang keduanya, di kamar bungsu Callisthenes ada Cakra, Cano dan Tamarius. Sementara di kamar Calvin ada Candra dan Cita.

Karena yang berada dekat dengan jangkauan Celly adalah Cakra, Tamarius dan Cano hanya bisa menatap dalam tekanan batin. Lengan Cakra menjadi lampiasan rasa kesakitan yang di rasakan Celly.

"Gigit lengan Daddy, El.." bisik Cakra memeluk amukan Celly dari belakang, Celly saat itu ingin bangkit namun di tahan segera dengan Cakra, dan benar saja lengan kirinya menjadi sasaran gigitan Celly di tekan kuat, namun Cakra tak memperdulikan rasa sakitnya tangannya yang lain mengusap wajah Celly yang terus berderai air mata.

Cakra menatap Tamarius, tatapan nanar yang mengetakan 'apa sesakit itu? Bagaimana El bisa melewatinya?' Tamarius hanya mengangguk kecil.

"Tenang, nak. Tahanlah hmm?" gumam Cakra.

"Hati-hati Dadd, gigitan El benar-benar seperti orang liar," ucap Cano sedikit mencicit.

Cakra mengangguk terus menenangkan putrinya yang mengerang kesakitan.

Setelah beberapa menit kembali Celly terkulai. Mereka semua langsung merasa lega, sisa gelombang ketiga jika Celly bisa melewati rasa sakitnya maka obat penangkal tersebut sudah menyatu dengan tubuh Celly.

"Bagaimana kamu melewatinya?" ucap pelan Cano mentap Tamarius.

"Entah aku meminumnya saat umur ku masih belia?" ucap ssntai Tamarius. Cakra dan Cano menatap lamat pada Tamarius.

"Karena saat itu aku masih kecil aku mengalaminya hampir 3 bulan. Lalu aku di kirim Ayah ke gunung kematin, sedikit-sedikit saat itu tubuh ku akan terasa sakit."

"Sekarang?" tanya Cano. Tamarius menatap Cano bingung, seorang Cano yang cuek mengkhawatirkannya?

"Kak Ano menghawatirkan ku?" tanya Tamarius yang mana langsung membuat Cano berdecak.

"Lupakan saja." ucap Cano membuang muka berusaha mengabaikan perilakunya yang tak tampak biasanya.

Tamarius mengangguk, namun sudut bibirnya menaik sedikit. Kemudian beranjak.
"Kemana?" tanya Cano.

Tamarius berbalik. "Aku lapar kak, mau cari makan," ucap Tamarius.

"Malam begini memang ada yang jualan?" tanya Cano

"Apa maksud mu? Aku kan mau mengacak dapur kediaman Callisthenes. " ucap santai Tamarius dengan wajah datarnya.

Cano merutuki kebodohannya berucap seperti itu tadi.
"Kamu bisa masak?" tanya Cano, ini adalah pertama kalinya mereka cukup lama saling berbicara. Biasanya hanya sekedar salam sapaan berbicara seperlunya dan sudah. Sekarang keduanya, si dingin dan si cuek sama-sama saling melemparkan umpan pembicaraan yang begitu sepele, namun begitu hal baru dengan keduanya.

Tamarius bergumam. Lalu langsung berlalu, Cano tak sengaja menangkap tatap Cakra padanya. Cano mengusap tengkuknya beberapa kali karena merasa sedikit malu.

"Daddy lihat, kamu ingin berbicara lebih dengan Tama." ucap Cakra.

"Cano? He?! Tidak," ucap Cano.

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang