❥THIRTY

1.3K 85 14
                                    



***

7 Bulan kemudian.

Si kembar sudah berusia satu tahun, keluarga Callisthenes sudah harus lebih berhati-hati, hampir semua tempat sudah di buatkan pagar juga keamanan di Mansion semakin di jaga, melarang orang asing bahkan kenalan dari keluarga yang bersangkutan, kecuali memang orang tertentu.

Mansion berlantai tiga itu benar-benar luas, tak heran Cano yang sudah lebih tanggap itu mengeluh karena keluasan Mansion Ayahnya.

"Mom! Kaka?" ucap anak satu tahun itu berjalan dengan gemas ke tempat ibunya yang sibuk memasangkan pakai hangat pada kembarannya.

Belum sampai langkahnya, tubuh kecil itu sudah melayang.

"Haargh! Tangkap.." ucapnya menakuti, bak monster yang menangkap mangsanya. Bukannya takut empunya justru tertawa terbahak karena melayang.

"Kak Andra, bukannya nakutin malah bikin dede El nya makin kesenengan. Sini sama kak Ano," ucap Cano yang berdiri di ujung tangga bawah.

Candra memalingkan wajahnya, menatap Cano.
"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Lihat saja, cepat turunkan!" perintah Cano.

Celly yang sudah terlepas segera berlari dengan cekikikannya, dengan cepat Cano menyambar tubuh adiknya dan melemparkannya di sofa dengan ia yang menindih tubuh adiknya, tak benar-benar menindihnya, hanya mengurungnya. Namun karena pergerakan yang cukup cepat mengejutkan si bungsu membuat ia langsung menangis.

"Nah lihat kan? Menangis.." ucap bangga Cano lalu terduduk, tangannya mengusap bagian depan adiknya agar segera menghentikan tangis adiknya.

"Ano! Kamu bukannya sedang bermain tapi memiliki dendam, benar-benar menaklukkan musuh! Minggir." ucap Candra mengambil alih tubuh bungsunya menggendong dan mengusap punggungnya.

Cita membiarkan mereka, karena percaya dengan kedua putra sulungnya.

"Nah sudah selesai, Kak Al sudah hangat" ucap Cita menatap Calvin.

"Maaci mommy.." ucap Calvin sambil memeluk leher ibunya.

Cita tersenyum mengelus punggung Calvin.
"Sama-sama sayang.."

"Hehe.." tawa Calvin yang langsung menjauh, menyusul keberadaan kedua kakak dan kembarannya.

Cano yang terus memperhatikan wajah cantik adiknya yang menangis tiba-tiba berceletuk.

"Aku berubah," ucap Cano membuat Candra menatapnya tabrakan tubuh Calvin membuat fokus Candra teralih menatap Calvin yang memeluk kakinya mendongkak sambil tersenyum, menatap wajah kakak sulungnya yang seperti seorang Ayah untuk si kembar.

"Kaka.. De, El.. De El.." ucap Calvin meminta kembarannya.

Mengangguk Candra menurunkan Celly yang masih menangis, Candra menyamakan tingginya dengan si kembar. Cano hanya memperhatikan di tempatnya.

"El.." ucap Calvin lalu memeluk kembarannya, tangis Celly langsung mereda. Melihat itu Candra tersebut berbeda dengan Cano.

"Dan Al adalah musuhku," ucap Cano kembali. Kembali Candra menatap Cano.

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang