❥NINETY-FOUR

437 35 0
                                    




***

Sahila duduk di samping bangsal ibunya menjaga dengan dekat. Sementara Tanaka duduk di sofa bersama, tamu pentingnya Cakra, Cita dan Candra.

Tanaka hanya diam, sementara Cakra ikut terdiam. Mereka datang karena Tamarius yang menghubungi, karena kalut dan begitu panik, bungsu Irwin itu langsung menghubungi Cakra, tanpa berpikir panjang akan masalah keluarga yang di ketahui orang luar.

"Jadi selama ini, kamu hanya diam mengetahui penyakit Juita?" ucap Cakra yang memecahkan keheningan. Ia menatap Tanaka lekat.

Tanaka. "..."

"Taka, sebaiknya kamu lebih fokus pada Juita. Dia wanita yang baik, jangan kamu sampai menyesalinya nanti." ucap Cita dengan penuh kehati-hatian nya takut menyinggung Tanaka.

Candra hanya diam, mengamati.

"Aku sudah mengutus dokter untuk menanganinya. Semuanya awalnya baik, namun tiba-tiba ia kambuh." ucap Tanaka.

Candra berdeham. "Tuan Irwin. Maksud Mommy ku. Fokus yang di maksud itu, selalu berada di sisi Nyonya Irwin. Memantau secara langsung."

Tanaka tahu semua itu, hanya saja ia masih menolak. Namun Tanaka hanya diam, tak menanggapi perkataan jelas Candra.

"Aku akan bantu Tama, disini. Kamu bisa membawa Istrimu pergi berobat di luar negeri." ucap Cakra pada Tanaka.

"Makasih, Paman." ucap Sahila. Karena melihat Tanaka tentu tak akan berucap.

Cita bangkit dan duduk di samping Sahila, mengusap lembut sulung Irwin.

Candra kemudian sibuk dengan ponselnya, ia menerima telepon perusahaan. Cakra bangkit, ingin melihat Tamarius dulu.

Cakra menghela napas, melihat Tamarius yang terdiam, dengan pandangan kosong. Menepuk pundak  tunangan putrinya, Tamarius terlihat menahan sakitnya namun segera menatap sengit pada Cakra.

"Weess.. Langsung di pelototin, Dadd nya." ucap Cakra.

"Cih!" decihan Tamarius.

"Ikut, Daddy." ucap Cakra bangkit, Tamarius mendongak menatap Cakra dengan alis menaik.

"Temani Daddy, ke ruangan keramat." ucap santai Cakra. Tamarius membuang muka.

"Nih anak!" ucap Cakra yang memukul kepala Tamarius. Membuat empunya menatap kesal sambil tangannya memegang kepala.

"Makanya kalau di suruh ikut, ya ikut."

"Tidak mau." tolak Tamarius.

"Nurut sama yang lebih tua, Tama."

"Ck. Iya yang lebih tua." ucap Tamarius bangunan, Cakra cepat berbalik, menatap Tamarius.

"Apa barusan? Memang nya Daddy bukan orang tua?"

Tamarius tersenyum terpaksa, Cakra hanya menghela napas dan melanjutkan langkahnya dengan di ikuti Tamarius di belakang.

Tamarius mengernyitkan alisnya kala melihat papan keterangan di atas pintu. •dr. Sham Amnk•

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang