❥SEVENTY-FIVE

513 38 10
                                    




***

Acara makan mereka selesai, berjalan bersama di lobi. Pemimpin Irwin tersebut berbalik, karena hanya Tanaka seorang yang berjalan di depan sementara di bagian belakang para anak muda, tangan Celly di pegang erat oleh Cano. Menahan adiknya untuk tidak berjalan beriringan dengan pemimpin Irwin tersebut, bukan tampa alasan ini adalah pemimpin Irwin orang yang yang terkenal kelewat tegas dan dingin. Sementara Celly adalah anak yang lembut, mereka takut atas kecerobohan Celly membuat amarah pemimpin Irwin tersebut meledak.

"El?" panggil Tanaka menatap Celly dengan mata gelapnya yang begitu tajam. Sementara Celly membalas dengan mata penuh binarnya.

"Mau Ayah antar?" Celly menggeleng sambil tersenyum, "El sama kakak Tama dan Kakak-kakak El, Ayah." ucap Celly.

"Jangan sungkan sama Ayah, El." ucap kembali Tanaka.

"Tapi..." Tanaka langsung menarik pergelangan tangan Celly dan mendekatkan wajahnya pada telinga bungsu Callisthenes tersebut membisikkan sesuatu.

{El, mau tau tidak rahasia Tama hm?}

Bisik Tanaka pada Celly, membuat empunya mendongak menampilkan mata boba dengan bintang kecilnya di mata coklat Celly.

"Eung! " anggukan setuju Celly. Tamarius yang sudah tak tahan pun menarik tangan Celly di belakang punggungnya.

"Ayah tak perlu repot. Aku bisa mengantar tunangan ku." ucap datar Tamarius.

Tanaka menatap lurus pada Tamarius, tatapan itu seakan menembus kepala Tamarius. Itu yang terlihat oleh pandangan Candra, Cano dan Calvin. Sebisa mungkin mereka menolak kontak mata dengan pemimpin Irwin tersebut.

"Ekhem! Tuan Irwin. Dedekku memang sangat manja, tolong maklum dengan sifatnya yang kekanakan." ucap Candra tak ingin membuat Ayah Tamarius tersinggung dengan perilaku Celly yang memang sewaktu-waktu seperti anak-anak.

"Tak masalah."

Candra mengangguk menyuruh Celly untuk minta maaf. Celly yang hanya bisa menurut ikut membungkuk meminta maaf.

"Bagaimana, El mau ikut Ayah? Ada sesuatu yang ingin Ayah perlihatkan."

"Tidak perlu." bantah Tamarius.

"Ayah tak berbicara dengan mu." ucap dingin Tanaka.

Melihat situasi yang akan runyam dengan cepat Celly menyetujui ajakan Tanaka, karena terlihat pemimpin Irwin tersebut begitu kekeh walaupun Celly sudah menolak secara halus.
"Baiklah, El ikut Ayah.." ucap Celly dengan cepat tampa sadar menarik tangan besar Tanaka. Membuat empunya terkejut, menatap tangan kecil yang mengenggam jari tengah dan jari manisnya.

"Tama.." ucap khawatir Cano menatap Tamarius.

"Ikut saja, kak. " ucap Tamarius, tak berdaya. Mereka mengikuti dari belakang.

Sementara Tanaka, tersenyum kecil saat jari kecil itu memegang tangannya. Hatinya sedikit tersiram air hangat. pikirannya menerawang, mungkin ini yang di rasakan semua sosok Ayah. Ia tak sedekat itu pada Sahila, rasanya perasaan Tanaka terlalu rumit dengan anak gadis di kediamannya, begitu banyak keraguan hingga ia pun mengabaikan sosok Sahila di sekitarnya.

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang