❥SIXTY-EIGHT

514 44 9
                                    




***

Cano, Tamarius dan Celly keluar dari mobil, Celly sudah bangun saat di tengah jalan. Dengan di gendong punggung oleh Cano, mereka berjalan memasuki teras Mansion. Di sana sosok pemimpin Callisthenes berdiri dengan bersidekap dada, menatap tajam pada ketiganya. Candra berdiri di balkon menyaksikan adik-adiknya kembali.

"Da..daddy.."

"Mm." gumam dingin Cakra, melihat amarah Cakra Celly menyembunyikan wajahnya di punggung Cano.

"Masuk!" perintah Cakra, dengan patuh Cano melanjutkan langkahnya. Sementara Tamarius di tahan Cakra.

"Kakak.. Tungguin kakak Tama.." bisik pelan Celly, Cano pun menghentikan langkahnya menunggu Tamarius di dekat pintu dalam Mansion.

"Lancang!" ucap marah Cakra. Bersamaan dengan itu ia melayangkan sebuah pukulan pada wajah tampan Tamarius.

Celly ingin turun, namun di tahan Cano, ia semakin mengeratkan pelukannya pada kaki Celly.
"Kakak.." ucap lirih Celly.

"Jangan membangkang El, Daddy benar-benar marah soal ini.." balas Cano dengan suara pelan.

"Harusnya kamu tau batasan Tama, kenapa melakukan hal itu pada putriku ha?!"

Tama menatap Cakra sembari tangannya yang masih memegang wajahnya yang di bogem Cakra. Mengerti dengan arah pembicaraan calon mertuanya Tamarius masih tetap menampilkan sikap tenangnya.
"Kenapa? Bukan tak masalah, El tunangan ku. Kami juga akan segera menikah, kenapa aku tidak boleh mencium tunangan ku sendiri? Bahkan kalau aku mau aku bisa meminta lebih." ucap santai Tamarius.

Cakra menggeram, sementara Cano dan Candra mengepalkan kedua tangannya, sementara Celly sangat malu juga merasa takut.

"Jaga ucapanmu Tama!"

"Paman! Aku mencintai El, aku juga laki-laki normal mana mungkin aku bisa tahan?"

"Banjingan. putriku itu masih kecil! Belum waktunya kamu mengajarkannya hal seperti itu Tama, Daddy tau kamu adalah orang yang anak cerdas. Paling tidak jangan terburu, aku masih bertangungjawab penuh soal putriku."

"..."

"Bagaimana bisa aku diam saja melihat putriku melakukan hal dewasa? Tak perduli dengan status mu sekarang namun jika belum status yang sah aku tidak menoleransi hal itu."

"Pria itu saja mengambil ciuman pertama El, kenapa kamu tidak memberikannya pelajaran? Sedangkan aku yang statusnya jelas di berikan hantaman seperti ini?" ucap datar dan dingin Tamarius.

Melihat itu, Cano mulai khawatir. Jika Tamarius benar-benar marah dan meladeni amarah Cakra sudah di pasti salah satu dari mereka bukan di larikan di rumah sakit melainkan di bawah tanah.

Tangan Cakra mengepal kuat, kembali akan melayangkan pukulan, Cano menengahi.
"Daddy, hentikan. Ingat Tamarius putra siapa, tentu Daddy harus menghormati tuan Taka, bukan?"

Cakra menatap nyalang pada Cano, ia meredekan amarahnya. Ia kesal dengan apa yang barusan di lihatnya, namun justru melampiaskan kemarahannya pada Tamarius. Dia benar-benar kesal pada Tamarius, namun untuk memukul mungkin bukan niat awal Cakra.

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang