❥FIVE

1.8K 117 8
                                    




***

Suara perdebatan terdengar di halaman. Teras Mansion, mereka Candra dan Cano sementara si kembar di dalam trolernya.

"Cano kan kalah, harusnya terima dong"

Cano hanya diam, namun tangannya mengenggam erat pegangan troler milik Celly.

"Kalau suitnya saja tidak di jalankan, untuk apa mengadakan suit sebelumnya" ucap kesal Candra.

"Cano mau sama dede El" ucap Cano mengerutkan alis dan bibir yang mengerucut.

"Tapikan Dek Ano kalah suit" Cano menggeleng.

"Curang ih" ucap kesal Candra.

"Ano, jangan bersikap pemilih begini dong. Dede Al juga adiknya Ano, sesekali mainlah juga sama Al"

"Iyaa, tapi nanti.. Besok?" ucap Cano

"Bilangnya besok, besok.. Pas besoknya malah tetap maksa sama dede El"

"Besoknya lagi kalau gitu" ucap santai Cano

"Kalau Grandmam tau, kamu bisa di marah. Atau paling kerasnya kita akan di pisahkan sama dede dede Ano" ucap Candra memperingati adiknya. Seketika Cano menunduk, ia tidak bermaksud pilih kasih, hanya saja ia benar-benar ingin terus bersama Celly. Di pikirannya hanya ada sosok adik perempuannya, rasa ingin melindunginya lebih besar dan semakin membesar.

"Baiklah," ucap Cano sedih, ia merelakan kakaknya mengambil troller Celly. Melihat kesedihan adiknya Cano, Candra menghela nafasnya, ia tetap tak tega menyakiti hati adiknya terlepas Cano memiliki sikap keras namun adiknya itu juga terkadang bersikap hangat.

Menahan pergerakan Cano, Candra memegang pergelangan tangan adiknya.
"Karena Ano sudah lebih dulu memegang punya dede El, maka lanjutkan saja. Ayo kita pergi ke halaman luar, kita perlihatkan dede dede langit yang indah itu.."

Cano mendongak, menatap kakak yang selalu di andalkannya, sosok yang selalu mendahulukannya. Tersenyum, hingga menampilkan mata bulan sabitnya pada Candra. Hati Candra menghangat melihat senyuman indah adik keduanya itu.

Tangan Candra terulur, mengusak kepala Cano.
"Ayo kakak!" ucap riang Cano mendorong lebih dulu troler milik Celly.

"Jangan berlari Ano! Nanti jatuh, kesian dede juga yang kena nanti" tegur Candra menyusul Cano dan Celly.

Lama mereka bermain bersama dengan Cano yang benar-benar mengajak bercerita kedua adiknya, Candra hanya duduk menonton kesibukan Cano mengajak Calvin dan Celly berbincang. Calvin bahkan ikut menyahuti dengan gumaman kecilnya, melihat itu Cano semakin bersemangat, kedua tangannya berada di genggaman kedua adiknya.

"Dede Al, sering seringlah merespon. Tapi hanya sama kakak Ano ya? Kalau sama yang lain abaikan saja haha" ucap Cano mengajarkan sejak dini sikap tak terpujinya pada Calvin.

"Eung!"

Cano tersenyum riang, menengok pada Candra. "Lihat dedeku setuju!" ucap Cano bersemangat. Candra hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Ano, jangan mengajarkan hal kurang bagus itu pada Al, dedenya masih kecil. Walaupun kecil biasanya ia mengingat lebih tajam lho"

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang