❥SIXTY-ONE

530 42 7
                                    


***

Di Mansion Callisthenes.

Celly terus bersandar memeluk lengan Daddynya mengamati gadis yang mirip Ayahnya itu tengah membuat adonan bersama Cita, dan Calvin. Bungsu Callisthenes itu duduk di sofa bersama pemimpin Callisthenes di temani Candra yang juga duduk tak jauh di samping Celly ia masih bersibuk dengan laptop di pangkuannya masih ada ruang antar Celly dan Candra.

Tangan besar Cakra mengusap wajah kecil Celly, "Natapnya begitu banget, ntar mulut sama bibir kamu jatuh lagi," ucap Cakra dengan pelan hanya Celly dan Candra yang mendengarkan.

Candra menoleh sebentar, menatap reaski adiknya. Celly mencebik, seraya mendongakkan kepalanya.
"Ish! El itu harus fokus, El curiga ntar makannya di isi yang nggak enggak.. El nggak mau keluarga El sampai sakit atau langsung berubah karena habis makan itu" Cakra dan Candra tersenyum si bungsu ini begitu waspada, ternyata setelah kejadian beberapa hari membuat Celly sedikit berubah, ia sudah tak terlalu suka dengan tempat yang sepi juga selalu menjaga jarak dengan orang asing.

Cakra memeluk tubuh kecil putrinya.
"Sunny akan di bawa pergi Tama, pas kembali dari kafe sayang.." ucap Cakra sontak membuat Celly menyatukan alisnya membuat Cakra menyentuh bagian tengah antar dua alis Celly dengan telunjuknya.
"Putru Daddy kok marah aja tetap cantik yak?"

"Diam!" ucap kesal Celly menampar pelan mulut Cakra. Candra tersenyum, lalu menegur perilaku Celly.

"El, tidak sopan melakukan hal itu pada Daddy dede. Lain kali tidak boleh di ulangi hm?" ucap Candra.

Celly berbalik menatap sekilas pada Candra, lalu kembali menatap wajah Cakra yang terlihat tak marah atas perilakunya dengan rasa bersalah Celly memeluk leher Cakra seraya bergumam. "Maafkan El Daddy.."

Cakra tersenyum membalas pelukan Celly. "Tak apa-apa nak.." balasnya. Cakra tidak akan pernah marah atas perlakuan kasar atau spontan Celly, ia dapat menoleransi hal itu. Ia justru akan sangat kesal jika putrinya justru tak menyentuhnya atau sekedar bermanja padanya, rasanya akan ada yang kurang di hidupnya jika Celly merajuk marah padanya. Maka sebisa mungkin ia selalu melunak dan bersikap lapang pada si bungsu, ia tak bisa benar-benar marah dengan Celly.

"Woi pelukan aja, nih temeni kakak ke rumah belakang bawain Bibik dan yang lain makanan," ucap Calvin berdiri di depan ayahnya dan Celly.

Celly melepaskan pelukannya, "Aduuh, El masih lemah gimana dong.." ucap Celly beralasan.

Calvin mendengus kemudian berjalan sendiri ke rumah belakang tempat para pelayan beristirahat.

"Mulai nakal ya princess Daddy hm?" ucap Cakra menepuk pelan pundak belakang Celly, sementara empunya hanya tersenyum menampilkan gigi putihnya yang rapi, sangat manis.

"Argh! Jangan pernah tersenyum seperti ini di depan Tama." ucap Cakra menarik kembali tubuh Celly ke pelukannya menyembunyikan wajahnya di dada.

"Daddy, El sesak tauk!" ucap teredam Celly di pelukan Cakra.

Candra hanya menggeleng, ia seperti menjadi sekretaris di kantor Ayahnya yang menjadi penonton kemanisan Ayah dan Anak tersebut.

**

Cano dan Tamarius memilih mampir ke mini market, sementara Hatar dan Harris memilih menunggu di mobil sambil makan burger yang mereka pesan.

POSESIF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang