43.

3K 364 34
                                    

Motor sport milik Ary berhenti di depan sekolah Saka. Si remaja bergegas turun lalu melepas pengaman helmnya.

"Nanti ngerjainnya jangan buru-buru, baca soal sama pilihan jawabannya baik-baik." ujar Ary mengingatkan karena hari ini adalah hari pertama Saka ujian sekolah.

"Iyaa, udah berapa kali Bang Ary ingetin begitu? Udah lebih hapal kalimat itu daripada materi belajarnya nih."

Ary tersenyum lalu mengusak rambut hitam Saka.

"Cuma ngingetin, kamu teledor soalnya. Nanti milih jawabannya jangan ngitung kancing atau cap cip cup loh ya."

"Apa sih?" balas Saka sambil merapikan kembali rambutnya.

"Aku masuk dulu."

Ary hanya mengangkat kedua alisnya. Saka bergegas masuk ke dalam sekolahnya lalu pergi menuju ruangan laboratorium komputer karena ujiannya dilakukan secara online.

Saka yang sudah tiba di depan lab komputer memilih duduk di kursi depan ruangan lab. Tak jauh darinya ada Zakri, yang sedang sibuk membaca buku catatannya.

Dengan perasaan sedikit ragu, Saka mendekati Zakri yang tentu langsung menyadari keberadaannya. Saka duduk di sebelah Zakri sambil memastikan bahwa di sekitar mereka belum banyak orang.

"Zak, lo yakin sama rencana lo itu?"

"Yakin. Lo tenang aja Sa, kita ngelakuinnya pas ujian selesai kok, jadi gak bakal ganggu. Gue juga udah ketemu sama bokapnya Ica, dan dia bilang dia bakal jamin kalo lo bisa aman dari jerat hukum."

Saka menjilat bibirnya yang terasa kering. Kedua tangannya mengeluarkan keringat dingin karena terlalu mengkhawatirkan apa yang Zakri rencanakan.

"Za, kalo gue emang harus nerima hukuman gue bakal terima, karna gimana pun gue satu-satunya saksi gimana Ica bisa ... Hilang. Gue cuma khawatir kalo ini bakal jadi makan korban."

Zakri menatap wajah tegang Saka, lalu tanpa diduga ia langsung menggenggam tangan Saka yang terasa dingin.

"Masalah itu emang ada kemungkinan bakal terjadi, apalagi lo yang lebih tau Ary itu gimana, tapi lo gak perlu sekhawatir itu, gue udah perhitungkan semuanya dan gue yakin kepolisian juga pasti nyiapin semua keamanan biar gak ada yang kehilangan nyawa karna ulah si Ary." ujar Zakri sambil memberikan senyuman lembut.

Saka melepas tangan Zakri yang menggenggamnya. Rasa takut dan cemas lebih mendominasi hatinya meski Zakri sudah berusaha menenangkannya.

Hingga waktu ujian pub tiba. Anak IPA dan IPS memang disatukan dalam sesi ujian yang dibagi menjadi 3 gelombang. Saka yang ujian bersama Dimas beberapa kali nampak kesulitan untuk fokus, tetapi setelah 1 jam 45 menit berlalu ia tetap berhasil menjawab semua soal ujiannya.

Saka sedikit bernapas lega setelah keluar dari lab komputer. Pelajaran pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, jadi ia masih bisa bernapas sebelum 3 hari ke depan adalah pelajaran yang ia anggap sebagai ujian sesungguhnya.

"Gimana? Susah gak?" tanya Aji yang memang sudah menunggu gelombangnya untuk ujian. Rendi juga ada di sana, duduk santai di kursi depan ruangan lab namun matanya sempat melirik Zakri yang baru keluar dari lab komputer tapi langsung berlalu begitu saja.

"Biasa lah, namanya bahasa ujiannya kebanyakan teks narasi. Sampe pusing gue bolak-balik baca biar gak kejebak." jawab Saka.

Rendi terlihat seperti kurang semangat untuk ujian. Saka yang menyadari hal itu pun menghampirinya lalu menepuk bahu Rendi.

"Kenapa lo? Lemes gitu. Kepikiran ujian?"

"Engga sih. Ujian kalo dipikirin doang mana kelar?" balas Rendi santai.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang