000

4 1 0
                                    

Hari yang panjang dan melelahkan itu ternyata masih belum berakhir, manusia berarmor itu adalah musuh terakhir yang harus dilawan oleh Howard dan teman-temannya. Sialnya, tubuh mereka sudah tidak bisa diajak kompromi. Mereka hanya bisa termenung tanpa bisa melakukan yang perlawanan berarti.

Manusia berarmor itu mempercepat langkahnya. Dia membawa sebuah pedang berukuran panjang dengan ornamen gotik pada bilahnya. Tanpa membuang-buang waktu, pria itu langsung mengayunkan pedang itu dengan kekuatan penuh ke arah mereka.

Pada detik-detik yang krusial itu, sebuah kilatan cahaya tiba-tiba memenuhi area itu. 

Howard dan yang lain tertegun tidak percaya saat mereka melihat keadaan mereka masih baik-baik saja. Seingat mereka, pedang pengguna armor tadi hampir mengenai tubuh mereka. 

Yang paling aneh, mereka kembali mendengar suara tepuk tangan dan langkah kaki seseorang. Momen itu membuat mereka jadi merasa de javu hingga mereka memasang ekspresi kebingungan.

Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh suara seseorang yang telah berdiri di samping mereka dengan gagah. Orang itu adalah Arthur Jackson.

"Apakah kalian semua baik-baik saja?," ucap Arthur dengan suara yang serius bercampur cemas. Dari gurat wajahnya, dia terlihat cukup kelelahan seperti baru bertarung melawan musuh yang kuat.

"Kau tadi dari mana saja?" tanya Levi Road dengan sedikit geram.

"Beberapa area di Stonium tadi diserang habis-habisan oleh kroco-kroco Jupiter. Aku mengatasi mereka satu per satu. Aku dengar, pemimpin dari wilayah lain juga mengalami hal serupa. Aku sudah berusaha secepat mungkin untuk menyusul ke tempat ini. Namun, kedatanganku sepertinya terlambat." 

Saat mereka sibuk berbicara, kedua mata Arthur terus tertuju pada pengguna armor yang berdiri di hadapannya. Tampilan orang itu berbeda jauh dari para kroco yang tadi dilawannya.

"Bisa kalian jelaskan kepadaku situasi di tempat ini?" tanya Arthur lagi. Levi menjelaskan alur pertempuran tadi secara singkat, khususnya tentang keberadaan para jenderal musuh yang mempunyai kekuatan di atas rata-rata.

Mendengar penjelasan itu, gurat wajah Arthur terlihat jauh lebih serius. Dalam satu kali pandangan, dia bisa menyimpulkan bahwa musuh ada di hadapannya adalah yang paling kuat di antara mereka.

"Sebelum aku melawanmu, aku ingin bertanya satu hal. Kau ini sebenarnya siapa?" tanya Arthur secara baik-baik. Manusia berarmor itu berhenti sejenak di tempat. Lalu, dia menjawab pertanyaan Arthur dengan nada yang sangat dingin.

"Kode namaku adalah No. 000 Sword, tetapi aku lebih senang jika kalian memanggilku dengan sebutan Zero," ucapnya. Perbincangan itu tidak berlangsung lama karena dia tidak berniat berbasa-basi. 

Zero langsung mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh. Melihat serangan musuh, Arthur refleks mengangkat pedangnya dan menahan serangan tersebut dengan cekatan. Wajahnya menggeram karena dia baru pertama kalinya menahan serangan sebrutal itu.

Dalam hati, Arthur menggerutu kesal karena dia menyadari sebuah fakta yang sangat pahit. Level kekuatannya berada di bawah Zero. Ditambah lagi, dia saat ini tidak berada dalam keadaan prima.

Sembari menangkis serangan-serangan Zero, Arthur mencoba untuk melakukan serangan balik. Dia mendaratkan ujung lancip pedangnya ke arah Zero secepat yang dia bisa. Namun, Zero menghindar dengan sangat cepat seolah-olah dia menghilang tiba-tiba. 

Tanpa disadari oleh Arthur, Zero sudah berada di belakang tubuh dan bersiap untuk menyerang. Secara refleks, Arthur pun mengelak dan menjaga jarak agar dia tidak terkena serangan kejuatan dari Zero. 

Arthur kemudian mengayunkan pedangnya lagi untuk mengeluarkan serangan pamungkasnya. "Red Slash!" teriak Arthur. Sebuah tebasan pedang yang dilapisi energi merah mendarat ke arah Zero.

HEXAGONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang