Chapter 19.

59.8K 4K 129
                                    

Kring kring kring

"Siapa?" Tanya Nathan, Nete melihat siapa yang menelpon dirinya.

"Rachel." Sahut Nete, dirinya tidak menjawab telepon ia langsung pergi keluar menuju rumah Rachel. Nathan yang ditinggal mendengus, ia keluar mengikuti Gadisnya secara diam-diam.

Sesampainya di rumah Rachel, Nete langsung masuk tanpa hambatan karena dirinya membawa beberapa bodyguardnya untuk menahan bodyguard keluarga Jovita. Nete menajamkan matanya melihat Rachel ditampar oleh seorang pria paruh baya yang ia yakini adalah ayahnya Rachel.

*****
Setelah sekolah beres, Rachel langsung pulang ke rumah karena Daddy-nya menelpon dirinya terus menerus. Rachel menghela nafasnya pasrah, ia yakin dirinya pulang hanya akan dimarahi.

"Rachel pulang." Seru Rachel, saat dirinya masuk ia ditatap tajam oleh penghuni rumahnya.

Plak

"Puas! Puas kamu bikin keluarga saya mau!" Bentak Maya, ibunya Rachel.

"Apa maksud Mom?"

"Jangan panggil saya Mom, saya tidak Sudi memiliki putri pembawa sial seperti kamu! Kamu itu cuman beban dihidup kami, kamu beda dengan kakak kamu yang membanggakan keluarga Jovita, saya menyesal melahirkan kamu." Seperti ucapan Nete, mereka selalu mengatakan itu kepadanya. Rachel melihat kakaknya yang hanya diam, tapi dirinya tahu Kakaknya sangat senang jika dirinya diperlakukan seperti ini.

"Saya sangat menyesal membiarkan kamu hidup, kenapa harus kami yang menjadi orang tuamu? Dasar anak pembuat onar! Tidak tahu balas Budi, harusnya kamu mati dari dulu!" Sekarang Daddy-nya yang berbicara namanya Rendi.

Hati Rachel sakit mendengar orang tuannya sendiri berucap seperti itu, anak mana yang akan baik-baik saja jika orang tuanya sendiri tidak menginginkan kehadiran dirinya. Apakah salah dirinya jika ia lahir ke dunia ini? Dan sebenarnya apa kesalahan dirinya sampai orang tuanya tega berucap seperti itu kepadanya.

Rachel tiba-tiba tertawa, tapi air matanya menetes. "Memangnya siapa yang mau dilahirkan ke dunia ini, apakah aku pernah memintanya Mom? Jika aku punya pilihan lebih baik aku mati dari dulu seperti ucapan Daddy, tapi kenapa kalian mempertahankanku? Kenapa?! Bukannya kalian ingin aku mati, MAKA LAKUKAN aku sudah benar-benar muak dengan semuanya!"

Mereka terdiam mendengarnya, pertama kalinya kedua orang tuanya melihat anak keduanya menangis seperti itu. Rayna sang kakak yang melihat adiknya seperti itu langsung bertindak, dirinya tidak bisa membiarkan kedua orangtuanya luluh. Ia sudah bersusah payah membuat orangtuanya membenci adiknya dan selalu berpihak kepadanya.

"Rachel, kamu tidak boleh berucap seperti itu. Bagaimanapun mereka tetap sayang kepadamu, buktinya kedua orangtua kita tetap bekerja untuk menafkahi kita." Rayna berucap dengan nada disedihkan dan sangat perhatian, diam-diam Rachel menelpon Nete tapi tak kunjung diangkat.

"Lihat! Lihat Kakak mu, dia sangat begitu pengertian. Tapi kamu! Selalu berbuat onar, kenapa kamu tidak seperti Kakak mu." Ucap Rendi.

"Karena aku Rachel bukan kak Rayna!" Seru Rachel.

"Harusnya kamu contohin Rayna, bukan membuat malu keluarga terus menerus. Saya sangat membenci kamu!" Sindir Maya kesal, diam-diam Rayna menyeringai.

"Kenapa kalian membenciku?" Tanya Rachel, pertanyaan ini yang selama ini Rachel tunggu jawabannya.

"Kamu mau tahu, kenapa saya membenci kamu? Karena kamu! Anak saya mati!" Seru Maya.

Deg

Apa maksudnya? Bukankah ibunya hanya memiliki dua anak, tapi kenapa ibunya berucap seperti itu. Sebenarnya ada apa?

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang