Chapter 51.

30.3K 2.2K 256
                                    

Nete masuk ke gedung tua entah milik siapa, ia tidak berontak ataupun berteriak heboh. Ia malah melihat sekelilingnya yang berdebu, sepertinya tempat ini tidak ditempati siapapun karena sangat kotor.

Nete di dudukan di kursi dengan tangan diikat ke belakang, setelahnya ia ditinggalkan sendiri di gedung tua ini. Nete tidak takut sama sekali, hanya saja dirinya sangat tidak menyukai kesepian seperti ini. Sudah dua jam Nete disini, tangannya terasa pegal dan sakit karena diikat terlalu kuat. Nete berusaha membuka tali dibelakangnya, butuh perjuangan ekstra membuka talinya tapi akhirnya Nete berhasil. Saat Nete ingin berdiri, terdengar suara orang berjalan menuju sini Nete pura-pura mengikat tangannya ke belakang lagi.

Tak lama pintu kembali dibuka dan masuklah tiga orang, yang satu Dares, Eve, dan Bella yang tangannya diikat oleh Eve lalu di dorong mendekati Nete.

"Hai kak Nete." Sapa Eve dengan senyum mengerikan, Nete menatap mereka datar lalu melihat Bella yang tersenyum padanya. Melihat senyum itu Nete mengepalkan tangannya, kenapa bisa Tante Bella ada disini?

"Sudah ku bilang bukan, Kakak akan hancur ditangan aku dan sekarang akan aku tunjukkan bagaimana seorang antagonis bertindak." Ucap Eve tajam, bukannya takut Nete terkekeh lucu.

"Silahkan, gue pengen lihat apa yang bisa Lo lakukan ke gue." Ujar Nete, Eve menggeram marah melihat Nete tidak takut dan malah bersikap tenang. Saat Eve ingin menampar Nete, ada suara yang menghentikannya.

"Jangan sentuh dia, gue paling ga suka mainan gue terluka." Ujar Edgar yang baru datang, Nete tidak terkejut sama sekali ia malah menatap Edgar dengan pandangan jijik. Tangan Eve mengepal marah, dirinya sungguh ingin mencabik-cabik tubuh Nete, Dares yang melihat mereka berdebat mendengus ia lebih memilih mendekati Bella.

"Jika dia tidak bisa disentuh, bukankah dia bisa?" Tanya Dares dengan pandangan yang menurut Nete sangat menjijikkan.

Edgar menatap datar ibu tirinya yang memohon kepadanya lewat tatapan, jika saja dia bukan ibu musuhnya mungkin Edgar masih bisa memaafkannya. "Terserah." Jawab Edgar tidak peduli.

Edgar tidak tahu kenapa dirinya seperti ini, bahkan ia tidak tahu kenapa membenci Nathan. Jika hanya karena perempuan, apakah Edgar harus seperti ini? Entahlah dirinya tidak tahu, ia merasa seperti sudah ditakdirkan menjadi antagonis.

Eve mencengkram erat dagu Nete untuk menghadapnya, wajah ini yang sangat Eve benci. "Aku sangat ingin balas dendam kepada keluarga Kakak, jika Kakak tidak ada Maka keluarga Rayyanza akan merasakan kehilangan seperti aku."

"Lo, terlalu mendengarkan perkataan bokap Lo tanpa mendengar penjelasan dari pihak lainnya." Ucap Nete.

"Aku ga peduli! Mereka juga harus merasakan kehilangan seperti aku yang kehilangan ibu, jika saja ibuku masih ada aku tidak perlu bekerja keras menghidupi diriku sendiri. Semuanya gara-gara keluarga Rayyanza!" Seru Eve.

"Lalu kemana bokap Lo saat Lo sendiri? Jika dia sayang sama Lo, maka dia akan mencari Lo saat Lo kecil Eve. Gue kasihan sama Lo makanya sekarang gue mau ngasih tahu, kalo bokap Lo jadiin Lo kambing hitam sama seperti ibu Lo yang dia jadikan tumbal untuk kepentingan dirinya sendiri." Dares yang ingin membuka baju Bella tidak jadi, ia mendekati Nete dan menampar pipinya sampai Nete menoleh. Berbeda dengan Eve yang terdiam mencerna ucapan Nete, tapi ia menggelengkan kepalanya berusaha sadar kalo Nete mengarang cerita.

"Jaga bicaramu!" Seru Dares marah, jangan sampai rencana yang dirinya susun harus hancur oleh bocah ingusan seperti Nete. Dares memang sengaja melakukan ini, ia ingin menghancurkan rekan bisnisnya melalui anaknya. Dares tidak percaya dengan kehebatan keluarga Rayyanza, meskipun dulu dirinya berhasil kabur dan mengorbankan selingkuhannya yang bernama Arin. Tapi, ia tidak ingin mengakui kekalahan dan dirinya harus menjadi nomor satu di dunia ini. Tapi sekarang Dares sengaja membuat rencana ini agar dirinya mati agar dirinya bisa kembali.

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang