Chapter 21.

60.9K 4K 138
                                    

"Ayo kita nikah, kayanya nikah muda juga enak dan soal sekolah gampang... ada Nete yang urus." Ucap Aska santai dengan wajah datarnya, berbeda dengan kedua perempuan yang mendengarnya terkejut dengan mata melotot.

"Lo serius?" Tanya Rachel syok, Aska menganggukkan kepalanya.

"Setres!" Cibir Rachel tidak habis pikir, keduanya saja masih sekolah. Tapi jantungnya entah kenapa berdetak kencang, Nete keluar dari mobil dan langsung menarik tangan Rachel yang mematung.

"Ngajak nikah kaya mau berak, urus sendiri urusan Lo." Setelah mengatakan itu ia membawa Rachel pergi meninggalkan Aska yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Salah gue dimana?" Gumam Aska bingung, bukannya dirinya baik mengajak Rachel nikah agar bisa tinggal dengannya.

******
Keesokan harinya Nete berangkat sekolah bersama Rachel, ia menjemputnya ke hotel. Tapi pake supir, karena Nete tidak diperbolehkan membawa mobil.

"Nete, gue ga enak sama Lo. Masa udah kasih gue tempat tinggal, sekarang jemput gue." Rachel menatap Nete tidak enak hati.

"Santai aja."

"Santai mata Lo pecak, gue mau kerja aja sama Lo biar gue tinggal di hotel ga gratis."

"Boleh."

"Kerja apa?" Seru Rachel antusias.

"Jadi sahabat gue." Jawab Nete polos.

"Itu bukan kerja Nete, tapi emang kita sahabatan. Gue serius net, gue mau kerja sama Lo."

Nete menghela nafasnya, ia sedang mengingat-ingat properti apa saja yang Nete punya. Ah Nete punya ide, sepertinya cocok untuk Rachel. "Oke, karena hotel itu milik keluarga gue. Mulai sekarang Lo yang kelola hotel itu, tenang aja kerjanya ga cape Lo cukup pantau hotel itu dan laporkan apapun ke nomor yang gue kasih nanti sekalian tanya kerjanya gimana."

"Seriusan?" Seru Rachel bahagia.

"Hem, jika ada yang menindas Lo beritahu gue."

"Siapa yang berani menindas ratu bully kaya gue, tapi aaaaaaaaa thank you friend." Rachel memeluk Nete erat, setelah dirinya pikirkan ternyata menyenangkan hidup seperti ini. Ia jadi merasa tidak tertekan lagi, ya meskipun ada rasa sakit hati dan kadang ingin kembali juga. Tapi sekarang dirinya merasa bebas, ia bertekad memulai hidupnya dari awal dan menjadi orang yang sukses dirinya ingin menunjukkan kepada orangtuanya bahwa ia bisa membanggakan mereka dengan caranya sendiri tanpa harus dibandingkan dengan Kakaknya.

"Tapi, gue boleh kan lawan mereka? Lo ga akan pecat gue karena gue balas mereka kan?" Tanya Rachel takut.

"Tergantung, kalo keterlaluan Lo bisa langsung dikeluarin."

"Iihh neteeeee, serem banget." Keduanya tertawa bahagia, tak lama mereka sampai disekolah. Setelah mengucapkan terimakasih kepada supir, keduanya turun dan menjadi pusat perhatian.

Tangan Rachel sedikit gemetar, ia takut orang-orang menyalahkan dirinya lagi.

"Jangan takut, mana Rachel si ratu bully. Ayo tunjukkan Sekarang, jangan kasih celah mereka buat nindas Lo." Bisik Nete ditelinga Rachel, tangan yang tadinya terkepal mengendur.

"Lo benar, gue si ratu bully. Ya meskipun gue ga punya apa-apa sekarang, tapi gue punya Lo." Ujar Rachel menyemangati dirinya sendiri, Rachel langsung mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Ckck ga Lo, ga calon suami. Sama aja, kayanya kalian berdua jodoh deh selalu mengandalkan gue." Nete memutar bola matanya malas.

"Siapa yang calon suami?"

"Yang kemarin ngajak Lo nikah."

Rachel terkekeh, ternyata Aska. "Apaan calon suami, kita cuman temenan."

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang