"Bundaaaaaa, selamat yaa Bun mau punya debay." Seru Nete memeluk Serena erat.
"Makasih yaa sayang, Bunda juga ga nyangka padahal udah tua." Ucap Serena membalas pelukan calon mantunya.
"Apaan sih Bun panggil sayang, Nete cuman punya Nathan." Cibir Nathan sambil memisahkan pelukan keduanya dan merengkuh pinggang sang tunangan.
"Iihh apaan sih nath, lagian Bunda panggil aku sayang juga karena Bunda sangat menyayangi aku." Gerutu Nete kesal, posesif sekali tunangannya ini.
"Tetap ga boleh." Tegas Nathan.
"Papah, masa Bunda ga boleh peluk calon mantu. Padahal ini maunya Dede bayi, jahat banget." Mata Serena berkaca-kaca, sebenarnya ia malu tapi mau gimana lagi ini kemauan bayi yang ada diperutnya.
"Nathan, kasih Nete sama Bunda." Titah Xavier tajam sambil memeluk istrinya.
"Enak aja, ga akan Nathan kasih. Bayinya baru di kandungan aja udah ngelunjak mau tunangan Nathan, awas aja kalo bayinya cowok." Ujar Nathan tak kalah tajam.
"Emangnya kenapa kalo anak papah laki-laki, mau ganggu dia?!" Seru Xavier.
"Pokoknya ga boleh, Nathan ga anggap adik nanti." Nathan semakin mengeratkan pelukannya dari Nete.
"Yaudah, papah sama Bunda juga ga kan anggap kamu anak lagi." Jawab Xavier santai.
"Oh gitu ya! Punya anak baru anak lama di lupain." Seru Nathan dengan wajah kesal, Nete yang jengah mendengar keduanya berdebat melepas paksa pelukannya dari Nathan.
"Sweetheart." Panggil Nathan dengan wajah melas, tapi Nete tidak mendengarkannya.
Nete malah memeluk Serena kembali, bahkan tangannya mengelus perut Serena dengan lembut sambil bergumam sesuatu. "Dede bayi, semoga kalo kamu lahir nanti jangan kaya Abang kamu yang plin-plan ya dan semoga aja kamu ga playboy yang macarin dua cewek sekaligus. Kalo kamu jadi anak baik nanti, kakak akan bantuin kamu kalo di tindas sama Abang kamu yang posesif itu. Oke sayangnya kakak?" Nete sengaja menekan kata sayang untuk bayinya.
"Aaaaa Nete, memang kamu yang pengertian sama Bunda." Seru Serena bahagia, ia bahkan meledek Nathan dengan wajah songong nya seakan mengatakan kalo sekarang Nete berpihak padanya.
Nathan tidak mengucapkan apapun tapi terlihat jelas wajahnya yang kesal dan juga bibirnya yang maju ke depan, bahkan Nathan malah langsung pergi menuju kamarnya.
"Yyeee dasar tukang ngambek." Cibir Nete.
"Samperin sana Nete, dia kalo ngambek susah dibujuk." Titah Serena.
"Yaudah Bun, pah. Aku izin ke kamar Nathan ya, janji ga akan ngapa-ngapain." Ucap Nete.
"Kalo satu macam gapapa Nete, papah izinin." Ujar Xavier membuat wajah Nete memerah malu, setelah itu Nete pergi menuju kamar Nathan.
Saat sampai di depan pintu Nathan, dengan pelan-pelan Nete masuk ke kamar Nathan. Seketika bau harum Nathan tercium di hidungnya yang membuat dirinya candu, Nete melihat sekelilingnya yang sangat rapih. Kamar Nathan terbilang rapih jika dibandingkan dengan pria biasanya, dan tatapan Nete jatuh di balkon milik Nathan. Terlihat prianya sedang berdiri dan melihat kearah langit, Nete menghampirinya dan ia mendengus tidak suka melihat Nathan yang sedang menghisap nikotin.
"Kamu, suka rokok?" Tanya Nete sambil mengambil rokok Nathan dan mematikannya.
"Kadang-kadang, kalo lagi ada masalah aja." Jawab Nathan datar, soal yang tadi di ruang keluarga dirinya tidak marah sama sekali. Justru dirinya beruntung bisa melihat keluarganya bersama dan tidak ada kesalahpahaman lagi.
"Mau cerita?" Tanya Nete menawarkan sambil tersenyum manis kearah tunangannya.
"Nanti lama, takutnya kamu kemalaman pulangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Menjadi Tunangan Protagonis
Teen FictionAneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya menolak untuk meninggal dan lebih memilih memasuki novel yang dirinya buat untuk menyalurkan ke halu...