Author mau tau, yang baca FMTP dari kota mana?🤔
"Hemm." Dehem Nathan kepada si penelpon.
"Soal balapan sama geng cobra, mereka mau sekarang." Ucap Aska si sebrang sana.
"Oke, kasih tau yang lain." Nathan mematikan panggilannya sepihak, ia memakai jaket kebanggaan Geng Silent Boom sebagai ketua. Kebanyakan geng motor suka melambangkan hewan di jaketnya seperti Garuda, elang, dll. Nathan berbeda ia malah membiarkan jaketnya bertuliskan Silent Boom di punggungnya dan sisanya polos berwarna hitam. Tapi khusus untuk ketua terdapat mahkota diatas nama silent boom.
Nathan menaiki lift untuk turun kebawah, tapi dirinya bertemu dengan ibu tirinya.
"Kamu mau kemana Nat, udah malam loh." Ujar Serena lembut, sekarang memang menunjukkan pukul 10 malam jadi wajar saja Serena bertanya seperti itu.
Tanpa menggubris ibu tirinya, Nathan melanjutkan jalannya dengan wajah datar.
"Nathan, Bundamu sedang berbicara." Tegur Xavier yang baru datang, tadinya Xavier ingin menghampiri Serena yang tak kunjung datang ke kamar.
"Nathan hanya punya satu Mamah dan bukan dia." Jawab Nathan datar.
"NATHAN!" Seru Xavier emosi. "Serena sekarang sudah menjadi Bunda kamu, harusnya kamu menghormatinya sebagai Bunda mu sendiri."
"Pah, udah. Jangan bentak Nathan kaya gitu, mungkin Nathan butuh waktu." Serena mengelus tangan suaminya berusaha menenangkan, dirinya tidak ingin terjadi keributan antara anak dan ayah.
"Jika bukan karena dia, mamah ga akan pergi." Jawab Nathan lagi.
"Sudah berapa kali papah bilang, kepergian mamah kamu bukan karena Serena. Tapi, karena mamah kamu sendiri yang me--"
"Pah udah, kamu ke kamar dulu ya." Serena memotong ucapan Xavier, dirinya tidak ingin Nathan tahu penyebab perceraian kedua orangtuanya. Serena tidak ingin Nathan benci dengan ibu kandungnya, lebih baik seperti ini aja.
Dengan nafas yang masih ngos-ngosan karena marah, Xavier pergi menuju kamarnya. Serena menatap Nathan tersenyum, saat ia ingin mengelus tangan anaknya Nathan menghindar.
"Bunda tahu kamu belum menerima Bunda disini, tapi yang harus kamu tahu Bunda sangat menyayangi kamu dan Bunda sudah menganggap kamu seperti anak Bunda sendiri. Kalo kamu mau main, hati-hati jangan ngebut bawa motornya." Setelah mengatakan itu Serena menyusul suaminya, berbeda dengan Nathan yang malah mendengus dan pergi.
Nete yang awalnya ingin kebawah karena lapar mengurungkan niatnya karena Melihat keluarga Robertson sedang cekcok, ia jadi kesal sendiri melihat sifat Nathan yang seperti tadi. "Dasar dungu, ibu tiri Lo lebih baik dari ibu kandung Lo."
Nete tidak jadi ke bawah, ia balik ke kamarnya dan mulai menulis kembali di buku diary nya. "Revisi pertama hampir gagal, tapi gue yakin akan berhasil. Yang kedua buat Nathan bertekuk lutut dihadapan gue dan yang ketiga bantu Nathan untuk sadar bahwa dia dungu."
Kruyuk
Nete mengusap perutnya yang berbunyi. "Laper banget, tapi ga mau makan nasi maunya martabak."
Nete beranjak dari duduknya, ia memakai jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Nete menatap ponsel baru yang baru dibeli, ia bingung bawa apa enggak ya. Masalahnya dia mau pergi sendiri, bagaimana kalo nanti ada yang nyuri.
"Bodolah, bawa aja." Nete turun kebawah, untung saja orangtuanya Nathan sudah ke kamar jadi dirinya aman pergi keluar sendiri tanpa bodyguard.
Nete tidak ingin membawa kendaraan, ia ingin berjalan kaki saja. Sekalian melihat-lihat pemandangan dunia ini kalo malam, sudah 15 menit Nete berjalan kaki akhirnya ia menemukan pedagang martabak. Pesanannya sudah selesai, Nete pulang sambil bersenandung ria di keheningan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Menjadi Tunangan Protagonis
Teen FictionAneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya menolak untuk meninggal dan lebih memilih memasuki novel yang dirinya buat untuk menyalurkan ke halu...