[52]

413 104 6
                                    

📍 Peternakan Sapi

"Ewhhhh.. Nggak mau sayang. Kamu aja aku nggak ikut." tolak Serena. Dirinya padahal sudah memakai sepatu boots pakai sarung tangan lengkap bahkan masker. Tapi kakinya tidak bisa bergerak untuk maju melewati puluhan sapi. Lantainya memang masih bersih, hanya dia melihat kotoran sapinya sudah merinding.

"Ayoo.. Temen temen udah kesana, nanti ditegur." ajak Alan, dibelakang Serena itu udah banyak orang berantri untuk berjalan dan ke sapi yang akan menjadi pengamatan mereka dalam memeras susu.

"Sayang, susah." tunjuk Serena di kakinya yang sangat sulit diajak melangkah.

"Ahahaha, ayoo ayoo." lucu sekali.

"Nggak usah lihat kesana, lihat muka sapi atau jalanan didepan aja. Biar nggak merinding." saran Alan sembari menarik tangan Serena pelan. Tenang semuanya Serena sudah berganti celana panjang.

"Jijik banget ga mau." bisik Serena. Dia nggak mungkin kenceng kenceng kalau ada pemiliknya.

"Gapapa, tenang. Aku kan disini ayo." Alan dengan tenang membawa Serena untuk bergabung dengan teman temannya. Bahkan Kaat dan Jay sudah jongkok untuk berusaha peras susu sapi.

"Rasanya gimana Kaat?" tanya Gigi keras.

"Lucuuuu, gemes banget."

Lah.

Jawaban itu menguarkan tawa banyak orang disana. Ya gimana tidak, jawaban bak anak polos itu cukup menggelitik.

"Mau cobaa dong." balas Gigi, Kaat langsung berdiri dan bergantian dengan Gigi yang tanpa canggung memerasnya. Benar benar berani.

"Ser ayoo." ajak Nalyss dan menarik Serena untuk berjongkok bergantian dengan Jayden. Serena terlanjur ngikut dan berakhir menahan nafas sembari memencet itu dengan tangannya.

"Udah.. Nggak kuat." bisik Serena setelah hanya beberapa kali pencet kemudian berdiri dan menjauh diikuti Alan.

"Gimana rasanya?" tanya Alan kalem sembari melepaskan sarung tangan Serena. Menggantinya dengan sarung tangan baru. Benar benar diperlakukan sangat lembut Serena ini.

"Nggak suka, kamu tau ga sih kenyal kenyal gitu, tanganku ga tega." cerita Serena dengan nada melemah. Pelan sekali.

"Hahahah lucunyaa, yaudah ikut yang kasih makan sapi? atau ke pengolahan susunya?" tanya Alan memastikan.

"Kok kamu nggak mau coba itu perah susu?"

"Aku udah pernah begitu waktu sama ibu sama ayah. Nggak pengen lagi, males pakai sarung tangan sama cuci tangannya." jelas Alan sembari menyodorkan kedua telapak tangannya yang bersih.

"Uhmmm.. Ngikut yang lain aja. Nanti dikirain aku bermasalah kalau pergi duluan. Tau sendiri kannn kemarin aku udah bikin huru hara." bisik Serena di akhir yang membuat Alan tertawa.

"Kamu jangan lucu lucu kaya gitu sayang, yaudah kalau gitu."

Kemudian mereka berdiri di tempat yang cukup bersih dan kering yang tentunya nggak kelihatan pup sapi. Serena sesekali akan mengajak ngobrol Alan atau nggak itu anak akan bermain rumput. Rumputnya dicuil cuil saking bosen dia berdiri. Selesai urusan persapian, ada kelas belajar membuat olahan dari susu. Dari pudding, kue, bahkan dodol juga ada.

Selesai dengan itu pukul 12 siang yang kemudian lanjut ke acara makan siang.

"Gila. Rasa susu asli tuh kaya gini." seru Jake setelah merasakan satu teguk kecil susu sapi asli dari botol kaca yang mereka dapetin 1 persatu.

"Enak kan Jake?" tanya Serena.

"Nggak. Dari mana enaknya? baunya sapi banget." seru Jake agak mendramatisir. Kalau Serena mah anaknya suka suka aja hal hal kaya gini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sense Of RythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang