14

227 12 0
                                    

"Lana..." desis Luna, terkejut dengan kehadiran kembarannya.

"Hai, kembaran kesayanganku. Tadi aku lihat Jisung dari NCT Dream. Kalian punya hubungan?" sapa Lana sambil mengintrogasi.

Luna menatap Lana dengan tatapan tajam. "Itu bukan urusan kamu, Lana. Kenapa kamu tiba-tiba muncul di sini?"

Lana tersenyum dingin. "Aku hanya ingin memastikan kamu tahu bahwa aku masih hidup dan tidak akan membiarkanmu tenang. Kamu ingatkan, kamu yang menyebabkan orang tua kita meninggal!"

Mendengar itu, Luna merasa marah dan tersakiti. "Itu bukan salahku, Lana! Kita berdua tahu itu tak bisa dihindari."

Lana mendekat, nadanya penuh kebencian. "Pokoknya itu kesalahanmu, aku akan selalu menyalahkanmu. Bersiaplah, Luna. Aku akan membuat hidupmu tidak tenang."

Luna menutup pintu dengan keras, mencoba menahan air matanya. Hatinya berkecamuk dengan berbagai emosi—marah, sedih, dan takut. Setelah beberapa saat, dia mencoba menenangkan dirinya dan berusaha fokus pada tugasnya. Dia tidak mau Jisung mengetahuinya dari pikiran Luna.

Keesokan harinya saat istirahat, Luna makan berdua dengan Felix.

"Kamu kelihatan kurang tidur," tanya Felix khawatir.

"Kemarin Lana datang ke kamar aku dan mengancamku," bisik Luna ke Felix.

Felix langsung terkejut dan hampir berteriak, tetapi ditahan oleh tangan Luna. "Jangan keras-keras, nanti ada yang dengar."

"Dia masih hidup?" tanya Felix, dan Luna mengangguk.

Felix menarik napas panjang, mencoba memproses informasi itu. "Kita harus hati-hati, Luna. Kalau ada apa-apa, kamu harus langsung kasih tahu aku atau Jisung."

"Aku ga mau Jisung dan kamu terlibat, Lix," kata Luna.

Felix bingung. "Kenapa?"

"Karena kalian artis, aku ga mau mengganggu karir kalian," ungkap Luna.

"T-tapi Lun, aku ga mau kamu kenapa-kenapa," keluh Felix.

"Gapapa Felix, aku kuat. Kamu tau itu kan? Karena ini aku berlatih bela diri bukan? Kalau ada apa-apa dengan aku, tolong rahasiakan tentang Lana dari Jisung," kata Luna menenangkan Felix.

Felix menggenggam tangan Luna dengan kuat. "Aku akan menghormati keinginanmu, tapi kalau situasinya makin berbahaya, aku akan ceritakan ke Jisung. Aku tidak bisa diam saja kalau ada yang mengancammu."

Luna tersenyum tipis. "Terima kasih, Felix. Kamu sahabat yang baik."

Sambil makan siang, mereka berdiskusi mengenai Lana dan tindakan yang harus diambil dalam berbagai skenario.

Sementara itu, Jisung merasa khawatir dengan Luna. Ia mendengar percikan telepati dari Luna, namun tidak bisa mendengar semuanya dengan jelas.

Selesai makan siang, Felix menyuruh Luna untuk beristirahat dan tidur. "Kamu butuh istirahat, Lun. Biarkan aku yang berjaga kalau ada apa-apa."

Luna mengangguk, merasa sedikit lega. "Terima kasih, Felix. Aku akan mencoba istirahat."

Tidak berapa lama, Lana datang ke kamar Luna dan dicegat oleh Felix.

"Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Felix dengan nada waspada.

"Hai Felix, sudah lama kita tidak bertemu," sapa Lana yang berpura-pura ramah.

Saat Lana berada di dekat Felix, pria itu merasa ada yang berbeda dengan darah Lana. "Kamu vampir?!"

"Iya, semenjak kejadian itu aku berubah menjadi vampir, sama seperti kalian," kata Lana sambil tertawa.

Secrets of the Vampire SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang