28

163 13 1
                                    

Semenjak Chenle memberi saran, Jisung mulai membaca buku harian itu disela sela kesibukannya.

Teman-temannya terlihat lega mengetahui Jisung memiliki kesibukan sendiri, karena artinya mereka tidak perlu ditanya oleh Jisung lagi.

Walaupun begitu, Jisung hanya bisa membaca selama sepuluh menit, lebih dari itu dia akan pusing dan pingsan. Meskipun lambat, entah kenapa perasaanya lebih tenang saat membacanya.

Semakin ia melakukan kegiatan itu, hatinya sakit dan rasa kangennya terhadap Luna semakin dalam, dia ingin merasakan kembali pelukan hangat itu dan rasa darah Luna.

"Kamu gapapa? Kamu terlihat tidak enak badan," tanya Chenle saat Jisung sedang fokus.

Jisung yang tidak sadar dia sudah melakukannya selama lima belas menit pun merasa lelah, "aku merasa sedikit pusing karena sudah membaca buku ini lebih lama dari biasanya,"

"Lebih baik kamu istrirahat dulu, sebentar lagi kita harus latihan untuk konser perdana kita," saran Chenle yang khawatir liat Jisung.

"Iya aku akan istirahat sebentar, bangunkan aku jika udah mulai latihan," pinta Jisung,

Chenle mengangguk memahami. "Baiklah, aku akan membangunkanmu nanti untuk latihan," ucapnya.

Di dalam tidurnya dia selalu bermimpi yang telah dibaca di buku itu, seakan ingatannya memberikan kenangan rasa yang sama seperti saat itu. Namun muka Luna di setiap mimpi tak terlihat, membuat dia sedikit frustasi.

Sudah beberapa jam Jisung tertidur, saatnya Chenle bangunkan pria itu untuk latihan, "Jisung, sung, bangun saatnya latihan,"

Namun ia bukannya bangun malah mengigau "Luna," membuat Chenle terkejut.

"Sepertinya kamu kangen banget dengan Luna ya?" kata Chenle dalam hati.

"Cepatlah ingat Jisung, kasian anak kamu, perlu ayahnya," kata Chenle lagi sambil tersenyum, lalu dia berusaha untuk membangunkan temannya satu itu.

Sudah tiga bulan berlalu, Jisung memerlukan waktu selama itu untuk membaca semua tulisan yang dia tulis itu, tetapi dia masih belum bisa melihat mukanya Luna.

Dia sudah beberapa kali mencoba mengingat mukanya tapi ga kunjung ingat, lalu ia membaca lagi tulisan terakhir.

Disana tertulis dia akan mehamili Luna, agar dia bisa tau itu kekasihnya saat liat muka anaknya.

Jisung mendapat kesimpulan dari kegalauannya "Apakah Luna itu Audy? dia mengaku hamilkan?!"

Akhirnya Jisung mencoba bertanya ke Jaemin untuk memastikan.

"Jaem, aku boleh tanya sesuatu? Tapi janji tolong jawab pertanyaan aku ya?" kata Jisung memohon.

"Baiklah, ada apa sung," tanya Jaemin penasaran dan Chenle yang berada di sebelah Jaemin juga merasakan hal yang sama.

"Audy itu Luna ya? Aku udah selesai membaca buku harianku aku cuman bisa menyimpulkan itu," tanya Jisung dengan muka sedihnya.

Jaemin dan Chenle saling bertatapan, berharap ada yang inisiatif mengatakannya.

Melihat reaksi Jaemin dan Chenle membuat jisung kesal "Ayolah, sebegitunya kalian tidak ingin memberitahuku,"

Jaemin menghela napasnya, "iya Jisung, Audy adalah Luna," jawab Jaemin.

"Lalu mengapa Luna mengganti namanya?" tanya Jisung heran.

"Luna engga mau kamu langsung ingat tentangnya Jisung," kata Chenle tiba-tiba.

Secrets of the Vampire SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang