20

191 12 0
                                    

Dipagi hari, Luna bersiap untuk masuk kelas bahasa, entah mengapa sepanjang perjalanan ke kelas dia merasa diperhatikan banyak orang, mungkin ini hanya perasaannya saja.

"Lihatlah, dia bukan? Yang punya ikatan dengan Jisung?" kata salah satu orang disana.

"Pantas saja darah dia tidak tercium, dia sudah membuat Jisung jadi vampir rendahan," kata temannya.

Luna bingung mendengar orang-orang itu, "vampir rendahan?" dalam pikirannya, dia mencoba menghilangkan pikiran buruknya karena dia tau Jisung akan mendengar pikirannya.

Sesampai kelas Luna tidak melihat kehadiran Jisung sama sekali, ternyata dari tadi pria itu ada di belakang kursi rodanya. Jisung merasa tidak bisa membiarkan Luna berkeliaran di kampus sendirian, dia khawatir dengan Luna, berakhir Jisung mengikuti Luna dari tadi.

"Pagi Luna," sapa Jisung dari telepatinya sambil mengelus kepala Luna, membuatnya terkejut.

"Pagi," balas Luna dengan senyumannya.

Kelas pun dimulai, Luna merasa orang-orang tidak ada yang memperhatikan penjelasan dosen, malah memperhatikan gerak geriknya, termasuk dosen hari ini tumben sekali memberi dia banyak pertanyaan yang menjebak, seakan mereka sedang menertawakannya.

Jisung sadar yang ada pikirannya Luna, dia juga tahu para vampir itu sedang memperhatikan mereka berdua.

"Luna, itu hanya pikiran kamu," kata Jisung mencoba menenangkan Luna lewat telepatinya, dan cuman diangguki Luna.

Selama pelajaran berlangsung, Luna berusaha keras untuk fokus pada penjelasan dosen, meskipun pikirannya terus terganggu oleh pandangan dan bisikan orang-orang di sekitarnya. Jisung tetap berada di belakangnya, memberikan dukungan diam-diam melalui telepati.

Setelah kelas bahasa dia memilih untuk ke ruang Madam Eva untuk mengumpulkan tugas desain yang belum dikumpulkan dan Jisung pergi ke kelas yang lain, lalu ia ke kantin untuk makan siang, disana sudah ada Felix, Mia, dan Kenta.

"kamu udah mendingan Luna?" tanya Mia khawatir.

"aku udah gapapa, tinggal menunggu penyembuhan kaki dan tangan aku aja," jawab Luna dengan tersenyum.

"habis makan mau kumpul di ruang desain?" tanya Kenta ragu.

"boleh udah lama ga kumpul," jawab Luna.

Setibanya di ruang desain mereka berkumpul dan membicarakan banyak hal dari masalah desain hingga masalah kehidupan di kampus.

"Kamu pacaran sama Jisung, dia vampir bukan?" celetuk Mia.

Jawaban Mia hanya diangguki Luna, "iya aku dan Jisung punya ikatan dan, iya Jisung adalah vampir" jawaban Luna membuat Kenta terkejut. "Vampir itu beneran ada?!"

"Aku juga awalnya ga percaya sampe aku lihat sendiri ternyata hampir semua artis di dunia ini vampir Ken," kata Luna dan Mia pun setuju dengan kata-kata Luna, membuat Kenta tercengang.

"Tapi kalian bukan vampir, kan?" tanya Kenta ketakutan,

"Bukan," jawab Luna dan Mia bersamaan, membuat mereka bertiga tertawa.

"Oh iya, Luna kita berdua kepikiran untuk membuat outlet desain kita sendiri yang dijual lewat online, kalo udah terkumpul uangnya kita buat toko untuk itu, bagaimana menurut kamu?" tanya Kenta.

"Maaf sepertinya aku ga bisa ikut, aku takut menyusahkan kalian karena masalah ini," tolak Luna membuat kedua temannya sedikit kecewa.

"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi, nanti kalo tiba-tiba berubah pikiran jangan sungkan bilang aja ya," kata Mia, menyemangati Luna.

Mereka akhirnya bubar dan Luna memilih untuk balik, saat akan ke kamarnya Luna dicegat oleh sekumpulan manusia. Mereka adalah penggemar Jisung yang tidak terima dengan rumor kencan itu.

"Kamu pasangannya Jisung kan?" tanya salah satu orang itu, Luna hanya mengabaikannya dan mencoba untuk memaksakan diri ke kamar. Tetapi kursi roda Luna di tahan oleh mereka membuatnya tidak bisa gerak sama sekali.

"kamu ga cocok sama Jisung, kamu untuk jalan aja ga bisa," kata salah satu pengemar itu. Luna yang sudah lelah dengan hari ini akhirnya menyerah dan membiarkan mereka mencaci maki.

Sudah beberapa menit Luna terjebak disitu kesabarannya mulai habis, "Udah marahnya? kalian ga punya hak untuk atur hidup aku, kalian masih SMA kan? ga ada kerjaan ya?"

Anak SMA itu marah lalu mendorong Luna dari kursinya dan meninggalkan Luna sendirian. Saat itu membuat Luna berpikir, "aku harus meninggalkan Jisung,".

Dia berusaha menaiki kursi rodanya, lalu langsung ke kamarnya untuk tidur.

Jisung yang mendengar perkataan Luna terkejut, dia langsung buru-buru ke kamar Luna untuk memastikan kata-kata Luna, dia mencoba mengetuk pintu tapi tak kunjung dibuka.

Ia khawatir dengan Luna, ia terus menerus memanggil Luna lewat telepatinya tapi hasilnya nihil. Setelah sepuluh menit dia menunggu, akhirnya kesabaran Jisung sudah habis dan memilih untuk membuka paksa pintu Luna.

Dari situ Jisung melihat Luna tertidur sambil memeluk buku desainnya, ia juga melihat mata Luna yang sembab karena menangis, kali ini Jisung mencoba membangunkan Luna perasaannya tidak tenang, dia harus memastikannya.

Luna yang merasa terusik dengan suara Jisung pun terbangun, "Luna, kamu mau meninggalkan aku?" tanya Jisung sambil merasa takut, Jisung udah terlanjur mencintai Luna dia tidak bisa jika harus pisah dengannya.

"J-Jisung, bagaimana kamu bisa masuk?" tanya Luna kaget.

"Jawab aku Luna, kamu mau meninggalkan aku?" tanya Jisung lagi, Luna hanya menunduk dia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Akhirnya Luna memberanikan diri untuk mengatakannya "Aku ga mau kamu dibenci banyak orang Jisung, kamu itu idol dan kamu juga vampir, ga seperti aku,"

"Aku ga butuh perkataan orang Luna, aku cuman butuh kamu, aku cinta cuman sama kamu Luna," tolak Jisung, meyakinkan pujaan hatinya.

Luna hanya diam tak berbicara.

Ia merasa tidak bisa mengeluarkan suaranya sama sekali, dia tau rasanya jadi pengemar saat idol yang dia suka punya pasangan itu tidak enak.

Luna juga tidak mau Jisung dihina jadi vampir rendahan, "ini semua salah, Jisung, harusnya kamu ga sama aku."

"Ini karena takdir Luna, kamu udah lupa dengan itu semua?" tanya Jisung sambil menunjuk luka Luna.

"Haruskah aku membuat kontrak itu lagi, Luna? agar kamu ingat kalo kita punya ikatan" ucap Jisung memohon, ia langsung menggigit Luna tanpa izinnya, membuat Luna kesakitan.

"Lepas Jisung, sakit" pinta Luna,

Jisung tidak kunjung melepaskan gigitannya, ia tidak mau Luna menginggalkannya, vampir hanya jatuh cinta sekali, jika Luna meninggalkannya Jisung akan benar-benar hancur.

"Baiklah Jisung, aku ga akan meninggalkanmu, aku mohon lepaskan aku sekarang," pinta Luna kembali, yang akhirnya Jisung melepas gigitannya.

Luna melihat muka sendu Jisung, dia merasa sedih rasanya sakit melihat muka Jisung seperti itu.

Sebenernya Luna juga tau dia dan Jisung ga mungkin pisah kecuali mereka berdua sama sama mati, mereka saling memerlukan satu sama lain.

Tapi dia ga mau kalo Jisung harus dihina seperti itu. Bagi Luna, Jisung adalah bintangnya yang harus selalu bersinar, dia ga mau melihat Jisung redup. Ia belum siap.

Mereka berdua bertatapan, saling menyakiti satu sama lain dengan tatapan itu, saling memohon dengan harapannya masing-masing.

TBC

Secrets of the Vampire SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang