Jadi, bagi siapa pun yang sudah membaca novel atau unpublished part novel CC yang pertama, harap tidak memberikan spoiler. Sebenarnya, ada bagiannya di CC 1 yang belum aku hapus, tapi tidak detail seperti yang di novel.
Harap kerjasama untuk tidak spoiler, okee
Happy Reading
Sunny perlahan memandang Rain. Rain bahkan yang tadinya bersandar ke dinding dengan ukiran, perlahan tubuhnya merosot ke bawah dengan kedua kaki yang ditekuk dan dipeluknya. Mata Rain terlihat lelah—terlalu lelah untuk sekedar memulai pembicaraan.
Namun, Sunny ingin tahu juga apa yang berusaha Rain semubunyikan selama ini darinya.
"Apa yang lo sembunyiin dari gue, Rain?" tanya Sunny, dengan nada yang jauh lebih tenang, tanpa emosi.
Rain mendongak, kembali menatap Sunny. Kedua netra mata mereka bertemu. Ada keraguan yang tercipta di dalam diri Rain, haruskah dia memulainya. Ya, harus dia lakukan, bukan?
"Lo akan benci gue! Gue nggak membenarkan apa yang dilakukan Liona ke lo, Sun. Tapi, apa yang dilakukan dia, nggak sampai buat korbannya mati. Nggak dengan gue—"
Apa ini?
"—seseorang pernah mati karena gue! Gue pembunuh, Sunny! Itu yang harus lo tahu!" ujar Rain dengan suaranya yang kembali tenang.
Deg! Sunny kini terduduk di atas sofa. Pembunuh. Satu kata itu bagaikan petir yang tengah menyambarnya.
Tidak mungkin, Rain bukan pembunuh.
"Gue juga melakukan apa yang Liona lakukan, bahkan lebih dari itu. Lo benci orang-orang seperti gue dan Liona. Gue nggak pernah cerita ini, karena gue takut lo nggak akan pernah nerima gue, Sun. Gue lebih baik pergi, daripada lo semakin membenci gue!"
Suara Rain begitu tenang, tapi begitu menganggu Sunny. Setiap kata yang keluar dari mulut Rain, bagaikan pisau yang menusuk sesuatu di dalam diri Sunny. Mata Sunny kembali berkaca-kaca, tapi dia menolak untuk menerima pengakuan dari Rain yang masih belum dimengerti.
"Gue terlalu jahat Sun. Dulu, gue rela ngelakuin apa pun buat dapatin apa yang gue mau, bahkan dengan konsekuensi ngelukain orang lain. Gue nggak sebaik yang lo pikirin."
Rain tersenyum sinis, untuk dirinya. Dan Sunny masih diam seribu bahasa.
"Lo dan teman-teman yang lain, tertipu sama keceriaan yang gue perlihatkan! Gue senang kenal kalian semua, yang ngebuat gue lupa apa yang udah gue lakukan. Sebelum akhirnya, ada yang mengusik gue belakangan ini dengan apa yang pernah gue lakukan, dulu. Gue hidup dengan rasa bersalah.
"Gue pernah hampir gila dan bisa aja berakhir di RSJ, kalau nggak ada Liona yang sadar dan bawa gue ke psikolog. Gue nggak tahu mana yang salah dan benar. Bahkan gue pernah hampir mati, kalau nggak ada Liona yang bodohnya nolongin gue dan berakhir dengan dia koma lima hari.
"Karena takut ngelukain orang di dekat gue, lagi. Gue pernah ninggalin dan menghindar dari Liona. Liona rela mati karena gue dan dia yang ada di saat gue merasa nggak pantas untuk hidup. Lo benar, gue akan selalu ada di pihak, Liona. Maaf, kalau fakta ini nyakitin, lo!"
Tidak, Sunny tidak bisa menerima fakta ini.
Rain menghela napas panjang, dia tidak tahu arti tatapan Sunny padanya, saat ini. "Kita sama-sama butuh waktu. Dan gue yang harus pergi. Maaf Sun, udah buat lo kecewa dan bohongin lo selama ini!" Rain juga terluka.
Sunny masih memilih diam, dia menghindari tatapan Rain sejenak. Memilih menatap ke karpet berbulu lembut di kakinya. Sunny tidak tahu harus merespon seperti apa, dia merasa dikhianati selama ini. Rain mengkhianatinya. Rain tidak akan memilihnya. Rain akan pergi. Rain juga menjadi bagian dari orang-orang yang dia benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Teen Fiction[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)