Happy Reading
Ada yang berbeda dari makan malam di lantai tujuh gedung Champion Class. Biasanya, ada dua meja panjang yang terisi oleh dua angkatan Champion Class. Kini, ada tiga meja yang terisi. Pertama, meja CC 12. Kedua, CC 10 yang terisi oleh semua anggota CC 10. Ketiga, ada satu meja bundar yang hanya ada Galvin, Liberty, Morland, dan Rain.
Alasan Galvin, Morland, dan Liberty, berbeda meja, karena ingin menemani Rain. Padahal, Rain sudah menolak mereka untuk satu meja. Namun, mereka tidak ingin mendengarkan Rain.
Rain baru kembali ke sekolah dua hari ini, setelah meliburkan diri dengan alasan sakit.
"Rambut lo cantik, gue suka!" puji Galvin.
Rain memutar bola matanya dengan malas. "Lo udah ngomong itu sebelas kali dari tadi!"
"Dua belas," koreksi Liberty.
Rain mendengus. Dan kembali menyantap makan malamnya, tidak ingin menggubris ketiga teman cowoknya, lagi. Memang betul, Rain baru saja mewarnai rambut hitamnya dengan Ash Blonde. Terlihat sangat cocok dengan Rain, sehingga Galvin terus memujinya.
"Kabar teman lo itu gimana?" tanya Liberty.
Rain menghentikan pergerakan tangannya, hanya selama satu detik, lalu kembali menggerakkan sendok dan garpunya.
"Baik."
"Kapan dia bakal masuk sekolah lagi?" tanya Liberty, lagi.
"Kenapa? Mau kalian bully lagi?" sarkas Rain.
Liberty, Galvin, dan Morland saling pandang satu sama lain, mereka mengerti Rain masih marah kepada mereka. Mungkin, tidak pantas rasanya Rain marah kepada mereka, karena tidak menolong Liona. Namun, setidaknya, cukup kabari Rain saja itu sudah cukup. Sebenarnya, kemarahan ini memang lebih cocok pada Liberty dan Morland, daripada Galvin.
Karena selama Rain mengikuti perlombaan di luar sekolah, Galvin juga begitu.
"Besok dia sekolah," jawab Rain akhirnya.
Ketiga cowok itu mengangguk-angguk kecil. Mereka tidak lagi mengajak Rain berbicara, karena terlihat jelas Rain tidak ingin lagi diganggu.
Pelangi yang memberikan warna indah di kelas CC 12, perlahan mulai redup dan mungkin sebentar lagi akan menghilang.
Sementara itu, di meja CC 10, mereka telah menyelesaikan makan malam. Mereka akan melaksanakan CC Game (Confession Challenge Game), setelah beberapa minggu diundur, semenjak dari penerimaan raport UTS, hingga awal bulan akan datang lagi. Padahal, mereka sudah melakukan evaluasi mingguan juga.
Entah alasan apa yang tepat untuk permainan ini diundur.
"Oke, ayo kita mulai!" ujar Cempaka dengan semangat 45.
Jasmine melempar kacang yang baru saja dia ambil kepada Cempaka, sehingga senyuman Cempaka perlahan menghilang. Dan digantikan dengan cengiran.
"Semangat lo, ngelihat kita mau buka rahasia!" ketus Jasmine.
Cempaka menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Maaf, Jasmine. Maksud Cempaka nggak gitu!"
"Udah-udah, mulai" ujar Florence yang sudah ingin masuk ke kamarnya.
"Peringkat 10! Rajash, silakan!" ujar Cempaka dengan senyumannya.
Rajash mendesis, laki-laki dengan matanya yang teduh, bibir kecil, serta kalau ingin berbicara selalu terlihat malu-malu, kini terlihat sangat gugup. Kabarnya, dia memiliki campuran gen dari Jepang.
Rajash berdeham, lalu dia tertawa kecil, menahan senyumnya. "Rahasia ya? Karena gue nggak pernah kasih tahu ke siapa-siapa. Jadi, bisa dibilang ini rahasia. Gue dibesarin sama single mother. Sekarang, Nyokap lagi sakit. Kanker darah alias leukimia, udah 4 tahun ini kayaknya." Rajash menjelaskan dengan tenang dan masih tersenyum, tapi teman-temannya terlihat merasa tidak enak dan ikut bersimpati.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Roman pour Adolescents[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)