CC: 3- Primula Vulgaris

8.3K 1.3K 128
                                    

Primula Vulgaris - (Primrose)

Happy Reading

Sepi. Begitulah suasana tempat pemakaman umum yang tengah dikunjungi oleh anggota Champion Class. Nisan dengan nama Bulan Az Zahra itu di kelilingi dengan para murid Champion Class, kelas 12. Galvin yang memimpin doa untuk dia yang terbaring di bawah tanah.

Mereka telah selesai mengirimkan doa dengan kepercayaan masing-masing. Bunga telah menghiasi makam itu. Namun, di tengah-tengah mereka tengah menatap makam yang sudah satu tahun lamanya tidak mereka kunjungi. Rain melirik ke arah Melody yang hanya menatap datar makam dengan nama adiknya.

Melody tidak memperlihatkan ekspresi apa pun saat ini. Rain juga tahu dari Morland, bahwa saat AGT berlangsung. Morland mengatakan, Melody sangat jarang berbicara mengenai Bulan, bahkan terkesan menghindar. Melody hanya mengatakan, dia yakin Bulan akan kembali. Morland tidak pernah mempermasalahkan perihal itu, karena Morland tidak ingin Melody semakin larut dalam kesedihan.

Apa lagi, kedua orang tua Melody juga terlihat tidak peduli pada anak mereka yang masih ada. Melody saja tidak tinggal bersama orang tuanya saat ini. Mungkin itu salah satunya penyebab berat tubuh gadis itu semakin menurun.

"Bulan pasti bahagia kita di sini," lirih Aluna sambil tersenyum sendu.

"Hm, dia pasti bahagia dari atas sana." Samuel merangkul pundak Aluna, seolah menyalurkan tenaganya pada Bulan.

Selama satu tahun kepergian Bulan. Samuel tahu Aluna ikut merasa bersalah, karena Aluna merasa dia tidak bisa bersikap baik pada Bulan di saat-saat terakhir mereka bersama.

Hening menyita kembali kebersamaan mereka.

Dan Melody mengeluarkan suara dengan deheman kecil. "Gue tunggu di mobil!" Tanpa melihat respon anggota CC yang lain. Melody segera pergi meninggalkan teman-temannya.

"Dia belum bisa ikhlas, Land?" tanya Misyella.

Morland menoleh. "Melody selalu bilang, Bulan akan kembali. Gue juga nggak ngerti, kenapa dia kelihatan yakin banget."

Anggota CC yang lain mengangguk-angguk mengerti. Mereka pikir, mungkin Melody belum bisa mengikhlaskan kepergian adik satu-satunya.

-CC2-

Sore menjemput senja, bandara Soekarno-Hatta tampak ramai dengan orang-orang yang sibuk dengan dunianya masing-masing. Termasuk laki-laki dengan tubuh tinggi yang menggunakan jaket kulit berwarna coklat dan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya, dia Naufal.

Sebuah koper berwarna silver ditarik oleh Naufal, hingga keluar dari pintu bandara. Mata hitam legamnya mengerling di balik kaca mata, mencari sosok seseorang yang tengah dia tunggu kehadirannya. Hingga akhirnya, matanya menangkap sosok yang tengah melambaikan tangan padanya.

Dia Alice. Gadis dengan rok di atas lutut, menggunakan crop top puff sleeve, yang memperlihatkan bagian pinggangnya. Sedetik kemudian, Naufal langsung melepaskan kaca matanya dan berjalan lebih cepat ke arah Alice.

Ketika sampai, Alice tersenyum dan hendak memeluk Naufal. Tapi, Naufal langsung membuka kursi penumpang dan membuat Alice segera duduk. Naufal juga langsung memasangkan seatbelt untuk Alice tanpa berbicara sepatah kata pun.

"Kamu kenapa?" Tentu saja Alice merasa kebingungan.

Tapi Naufal tidak menjawab, ekspresinya tetap datar dan dia segera menutu pintu. Naufal juga langsung ke bagasi mobil untuk memasukkan koper miliknya dan secepatnya duduk di kursi pengemudi. Tanpa berbicara banyak, Naufal segera melajukan mobilnya.

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang