CC: 6- Tulipa Agenensis

7.6K 1.2K 419
                                    

Tulipa Agenesis - Tulip Merah

Happy Reading

Hembusan angin di sore hari, membuat rambut hitamnya yan tergerai indah, mengikuti arah angin. Dirinya menatap pulangnya siswa dan siswi Tree High School. Ada yang tengah menunggu jemputan di depan lobi gedung Smart. Ada yang telah keluar dari basement gedung bersama kendaraan masing-masing. Ada yang berjalan ke arah perpustakaan utama Tree High School, bahkan ketika sudah waktunya pulang untuk beristirahat, mereka masih tidak bisa.

Tapi, melihat pemandangan semua ini, membuat sudut bibir kanannya melengkung. Seolah menikmati apa yang tengah dia lihat.

"Bulan!"

Senyuman menyeringai, seketika menghilang dan dengan cepat dia menoleh ke belakang. 

Bulan Az Zahra, gadis itu menatap seseorang yang berjalan ke arahnya dan akhirnya berdiri di sampingnya. Tidak lama, hanya beberapa detik, Bulan kembali menatap ke arah depan.

"Maaf!" Satu kata dari seseorang di sampingnya.

Tapi Bulan, dia menanggapinya dengan senyuman sinis. Setelah dia kembali dengan mengejutkan semua siswa dan siswi THS. Menjelaskan kepada semua orang, bahwa selama ini kematiannya hanya direkayasa. Dia juga melakukan pengobatan di Singapur. Bulan juga menjelaskan, bahwa alasan anggota CC tidak pernah bertambah, bukan karena tidak bisa. Melainkan dia masih hidup dan selama masa pengobatannya, dia juga mengikuti program AGT atau Acedemy Genius of Tree. Kematiannya dipalsukan karena dia ingin, beberapa pihak terbiasa kehilangannya, jika seandainya pengobatannya tidak berhasil.

Bulan juga menjelaskan, bahwa berita tentang kematiannya yang direkayasa, beberapa petinggi di Tree High School sudah mengetahui. Setelah menjelaskan itu semua, Bulan memilih pergi  dan sekarang berada di atas roof top gedung CC. 

Dan kini, kakaknya yaitu Melody berdiri di sampingnya dengan mengucapkan kata maaf yang tidak pernah rasanya Bulan dengarkan. Rasanya, terdengar begitu asing.

"Untuk apa minta maaf?" Bulan perlu bertanya perihal ini.

"Untuk semua yang udah gue lakuin ke elo. Untuk perbuatan gue, yang ngebuat lo milih untuk nggak mau melakukan pengobatan. Maaf untuk semuanya!"

Bulan menoleh ke samping kembali, Melody tengah menatap Bulan. Dengan tatapan mata yang sendu dan seakan penuh penyesalan. Seakan dia turut bahagia dengan kembalinya Bulan.

"Mama... marah sama lo, Kak, di pemakaman waktu itu, karena Mama pikir, gue emang udah mati. Tapi nyatanya, Papa yang nyembunyiin ini semua."

Satu tahun yang lalu.

Tangisan Melinda diiringi dengan elektrokardiogram yang menampilkan garis lurus datar, saat defibrilator masih di tangan dokter yang berjuang menyelematkan nyawa putrinya. Tidak dapat menahan keterkejutannya, dengan keadaan putrinya yang seakan tidak memiliki kesempatan untuk hidup. Melinda jatuh pingsan di pelukan Raja. Begitupun dengan pria itu, dia juga sangat terkejut dengan apa yang tengah mereka lihat saat ini.

Air mata Raja jatuh begitu saja, melihat para staff medis telah menyerah untuk memberikan pertolongan pada putrinya. Raja pikir, putrinya telah tidak bersama mereka lagi di dunia ini.

Namun, tidak berlangsung lama. Elektrokardiogram kembali memperlihatkan gelombang aktivitas pada detak jantungnya. Mata Raja membulat, sebelum itu dia memindahkan istrinya ke atas sofa dan segera mendekati dokter yang tengah memeriksa putrinya kembali.

Dokter pria itu tersenyum dan menatap mata Raja.

"Istri Tuan pasti sangat senang, putri kalian telah kembali."

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang