CC: 25

3.5K 480 169
                                    

Happy Reading

Melody menatap ketiga orang di depannya, seolah mengatakan, kalian yang bilang ke dia kalau gue di sini? Dan seolah mengerti; Samuel, Aluna dan Harven serentak menggeleng.

"Balik!" Morland langsung berbalik, menuju mobilnya.

"Ki—Kita balik—" ucapan Samuel terpotong.

"Kalian juga balik bareng gue!" tegas Morland.

Setelah sekian lama, mereka seolah melihat kilatan dari mata Morland. Yang membuat Samuel dan Aluna terpaksa mengikuti Morland, begitupun Melody.

Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berbicara, semua saling diam. Atmosfer seakan menipis, membuat terasa sesak. Melody duduk di samping Morland. Sedangkan Aluna dan Samuel duduk di belakang, dengan perasaan yang sangat tegang.

"Sekarang, gue tahu rasanya jadi lo, Luna!" ujar Samuel dengan nada pelan.

"Maksudnya?" tanya Aluna dengan pelan juga.

Samuel semakin mendekat ke arah Aluna. "Sekarang, di depan kita adalah orangtua kita. Mama dan Papa yang lagi bertengkar. Lo bilang, orangtua lo, kadang suka perang dingin di mobil. Sekarang, gue tahu rasanya."

Aluna menatap Samuel dengan tatapan kesal. Jika bukan karena kedua temannya yang sedang memancarkan aura perang, Aluna sudah memukul kepala Samuel detik ini juga.

Baik Morland dan Melody juga terlihat tidak peduli satu sama lain. Melody yang terus melihat ke samping jalanan, dengan tatapan mata yang kosong. Dan Morland, yang hanya fokus ke arah jalan, dan tentu tidak ada yang tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Morland saat ini.

Sesampainya di jalanan yang kiri dan kanan pepohonan, karena termasuk tanah milik The Golden. Sehingga tidak ada bangunan lain di sini, kecuali THS. Pada dinding bagian belakang gedung.

Morland menghentikan mobilnya.

Aluna dan Samuel semakin berpegangan tangan dengan erat, dengan hormon adrenalin yang telah bergejolak. Sebelumnya, mereka tidak pernah melihat sepasang kekasih ini bertengkar.

"Kamu kenapa bisa ada di sana?" tanya Morland sambil menoleh ke arah Melody. Namun, nada suara Morland terdengar dingin dan tatapannya datar.

Melody menoleh, dia diam sejenak. Melody tidak ingin mengatakan tentang ini cara pelarian dari pikirannya yang terus memikirkan mengenai perjodohan Morland yang entah itu benar atau tidak. Lalu, tentang penyakitnya.

"Aku nggak mau bahas ini sekarang!" Pada akhirnya, Melody memilih untuk lari dari masalah, lagi.

Melody dapat melihat tatapan Morland yang terlihat tegang, dengan tangan jari-jari Morland yang kuat menggenggam stir mobil, hingga urat-urat tangannya terlihat. Seolah itu bisa menghancurkan stir itu.

Pada akhirnya, hanya helaan napas panjang dan berat yang terdengar dari Morland.

"Hp kamu mana?"

Kernyitan halus terlihat di dahi Melody. "Untuk apa?"

"Kasih aja!"

Melody tahu tatapan Morland malam ini seakan tidak bisa dibantah. Membuat Melody akhirnya mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Morland

"Besok aku balikin. Kalian turun di sini, karena nggak izin buat keluar. Jadi, satpam nggak tahu kalian nggak ada di asrama!"

Morland membuka kunci mobil, kesempatan itu langsung diambil Aluna dan Samuel yang seakan sulit bernapas selama perang dingin itu terjadi. Terakhir Melody, dia sempat melirik ke arah Morland. Namun, Morland tidak ingin menatapnya. Bahkan, ketika Melody telah keluar. Mobil itu segera melaju meninggalkan Melody, Aluna, dan Samuel.

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang