Happy Reading
Kalau ada yang bisa membuat Rain terkena serangan jantung, mungkin salah satunya adalah ini. Bau alkohol yang dia belum yakin entah berasal dari mana; Sakha, Galvin, atau Sunny. Pada pukul 01.00 WIB dini hari, ketiga orang ini datang dengan Sunny ada di kedua tangan staf hukum THS—Sakha.
Rain tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, pikirannya sudah berkelana jauh, takut terjadi sesuatu kepada Sunny, tentunya.
"Sunny baik-baik aja, dia cuma kebanyakan minum, Rain!" tutur Galvin yang mengerti akan kekhawatiran Rain.
Netra mata Rain melebar, dia ingin meminta penjelasan lebih banyak lagi. Namun, dia menahannya dan segera membawa Sunny ke dalam salah satu kamar di apartemen mewah itu.
Rain memang memiliki salah satu apartemen mewah yang diberikan oleh Fernandoz. Gedungnya berada di kawasan Jakarta Selatan. Memiliki tiga kamar, ketika masuk dan melewati lorong, bertemu dengan dapur, lalu yang terlihat adalah ruang tamu, ada dinding pembatas dengan ukiran kayu jati, sebagai ruang keluarga dan beberapa ruangan lainnya. Selera Rain tidak begitu jauh dari Fernandoz, sehingga apartemen ini didominasi dengan warna dark blue dan hitam.
Rain menaikkan selimut sampai ke batas dada Sunny. Lalu, dia membawa kedua laki-laki itu keluar. Hanya saja, Sakha maupun Galvin hampir saja menabrak pintu atau dinding, karena sepanjang langkah, mereka hanya menoleh kepada Sunny.
"Kenapa bisa tipsy gitu?" tanya Rain kepada Galvin atau Sakha.
Sakha menjawab, "Saya tidak tahu, saya hanya diminta menjemput Sunny. Tapi, ada salah satu teman kalian yang sedang berulang tahun."
"Iya, Serina, lo tahu, kan? Dia lagi ulang tahun. Jadi, beberapa dari kita pada datang," perjelas Galvin.
Rain mengangguk-angguk kecil. Dia tahu mengenai ulang tahun itu, dia hanya tidak menyangka kalau Sunny akan pergi ke acara yang Sunny sendiri tidak begitu suka keramaian.
Sedangkan Galvin, dia tengah memperhatikan penampilan Rain. Menggunakan baju tidur polos berwarna hitam, tapi celana itu pendek di atas lutut, begitupun atasannya dengan lengan pendek. Namun, yang membuat Galvin bertanya-tanya, apa benar Rain sedang sakit, atau sedang dalam pelarian—mengingat permasalahan Rain beberapa hari ini. Kantung mata Rain terlihat begitu jelas, seperti telah tidak tidur beberapa hari, bibirnya juga terlihat pucat. Beberapa hari ini, Rain juga tidak bisa dihubungi.
Mungkin memang sakit.
"Keadaan lo gimana, Rain?" tanya Galvin ingin memastikan.
Rain tersenyum simpul, dengan matanya yang sayu dan terlihat lelah. "Baik!"
"Teman lo, gimana?"
Rain diam sejenak. "Beberapa hari ini, dia yang sakit. Demam tinggi, sekarang udah mulai baikan!"
Galvin mengangguk-angguk kecil, terasa canggung dan lega. Lega, karena bukan Rain yang sakit.
"Pak Sakha sama Galvin, duduk aja dulu! Saya buatkan minuman!" ujar Rain.
"Jangan Rain, saya harus balik segera, soalnya saya pinjam mobil teman tadi!"
Rain menoleh ke arah Galvin.
"Gue juga, mobil gue di apart Luna! Udah terlalu malam, nggak enak!"
Rain mengangguk-angguk kecil dan mengucapkan terima kasih, dia tidak bertanya apa-apa mengenai penyebab Sunny bisa mabuk hingga tidak sadarkan diri. Rain juga tidak bertanya, mengapa Sunny dibawa ke sini, padahal bisa saja Aluna membawa Sunny ke apartemennya. Rain membiarkan setiap pertanyaan itu menggantung, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Genç Kurgu[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)