Bellis - Daisy
Happy Reading
Toko buku tua yang telah berdiri dari tahun 80-an mengeluarkan suara kerincing bel dari pintu masuk dan keluarnya. Rain selalu menyukai suara berisik yang menurutnya juga menenangkan. Sebuah paper bag di tangan sebelah kanannya dan secangkir kopi yang dia beli dari cafe seberang, Rain bawa masuk ke dalam mobilnya.
Hari ini, dia atau pun anggota CC lainnya belum menginap di asrama, karena mereka akan menginap setelah pengumuman calon anggota CC kelas 10 diumumkan.
Rain duduk di kursi penumpang bagian belakang, dengan seorang sopir yang mengemudi. Menikmati minumannya, sambil melewati padatnya lalu lintas ibu kota. Mobil berhenti tepat saat lampu jalan berwarna merah. Tepat saat itu, seorang anak perempuan datang dengan mengalungkan kotak kayu yang berisi beberapa mainan baling-baling.
Rain menurunkan kaca mobilnya.
"Kamu jual apa?"
"Baling-baling bambu, Kak."
"Ini nggak dari bambu, tapi plastik."
"Iya. Sama seperti Kakak."
"Kok sama dengan aku?"
"Tuan putri kerajaan nggak harus pakek kereta kencana kan? Bisa pakek mobil juga buktinya."
Rain tertawa mendengarnya.
"Aku tuan putri?"
"Iya, Kakak seperti tuan putri di buku dongeng yang sering aku baca. Kakak cantik, ramah, bersih, wangi, rambutnya cantik, baik, pastinya pintar juga, terus bajunya Kakak juga bagus banget. Kakak pasti tuan putri dari kerajaan."
Lagi dan lagi Rain dibuat tertawa.
"Kamu tahu dari mana kalau aku baik?"
"Buktinya Kakak mau beli mainan aku."
Rain tersenyum.
"Iya aku beli. Aku beli semuanya, tapi aku ambil dua aja. Selebihnya, kamu harus janji kasih gratis ke anak-anak yang berhenti nanti."
"Benaran Kak?"
"Iya. Berapa semuanya?"
"Seratus ribu, Kak. Ini punya Kakak!"
Rain menerima dua baling-baling dari si anak perempuan. Lalu, dia membuka dompetnya dan mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah. Memberikannya kepada anak perempuan itu.
"Ini!"
"Kakak, ini kelebihan."
"Ambil aja buat kamu jajan!"
Senyumn anak perempuan itu semakin mengembang, kala mendengar itu.
"Terima kasih banyak, Kakak tuan putri!"
Secara bersamaan, lampu kembali menjadi hijau.
"Iya, aku pulang dulu! Kalau kita ketemu lagi, ceritain aku dongeng yang kamu baca! Dadah!"
"Dadah Kakak tuan putri! Aku bakal bacain dongeng untuk Kakak!"
Mobil Rain mulai berjalan dan dia mulai menutup kaca jendela mobilnya.
"Non Rain, saya saranin jangan bicara lagi dengan orang seperti mereka."
"Kenapa memangnya?"
"Nanti Tuan Fernandoz tahu. Papinya Non Rain nggak akan suka."
Rain memilih diam setelah mendengar ucapan sopirnya. Lagi pula, sopirnya tidak salah, memang benar dengan apa yang diucapkannya.
"Ke tempat biasa, Non?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Fiksi Remaja[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)