CC: 27

3.4K 441 206
                                    

Happy Reading

Tiga hari setelah kejadian si atlit sekolah ditemukan. Gisella. Tree High School apakah terlihat tenang? Tidak. Mereka hanya berpura-pura tenang. Besok, akan ada perlombaan antar sekolah di Tree. Sebenarnya, selalu dilaksanakan pada semester kedua, tapi karena tahun kemarin ditiadakan, jadi tahun ini dilaksanakan lebih cepat. Faktanya, Tree High School bisa kapan saja mengubah waktu acara itu.

Karena acara ini, Sunny menjadi semakin sibuk. Kini, dia membawa dua buah map, dia baru saja mendata setiap perlombaan, apakah berjalan dengan lancar atau tidak. Hari ini, Tree High School yang selalu tampak sunyi, tenang, karena anak-anaknya lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, kini berbeda. Sekolah itu ramai, murid-murid THS menghampiri beberapa booth-stand, untuk mengikuti beberapa games. Lalu, banyak anak-anak dari sekolah lain, beberapa dari mereka bahkan berfoto dan membuat video, yang Sunny tidak mengerti mengapa mereka melakukan itu.

Sunny menggeleng, menghilangkan pikiran yang menurutnya tidak berguna. Dia telah selesai melakukan tugasnya, Sunny memilih ke belakang Tree High School. Tadinya, dia mau mengajak Rain, tapi Sunny baru ingat kalau Rain tengah disibukkan dengan lomba memanah. Sunny sadar, dia semakin jarang menghabiskan waktu bersama Rain, belakangan ini. Mereka sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing.

Sibuk memikirkan itu semua, helaan napas panjang kembali hadir di mulut Sunny. Sepertinya, setiap sudut THS tidak akan kosong untuk hari ini. Langkah Sunny terhenti, ketika dia menangkap objek, di mana beberapa murid perempuan dari sekolah lain, tengah berkumpul di dekat taman yang dipenuhi bunga asoka dan matahari. Namun, yang berbeda adalah mereka tidak mengambil foto di taman atau apa pun tentang diri mereka, melainkan seperti paparazi kepada seorang laki-laki yang tengah duduk di kursi panjang taman dan fokus membaca bukunya—Liberty.

Sunny yakin, Liberty tidak sadar, jika ada sekelompok perempuan tengah mengambil fotonya. Sunny pikir, posisi Liberty juga sangat pas, ditambah angin yang berhembus membuat rambutnya sedikit berantaka. Blazer yang dilepaskan, berada di sebelahnya, menyisakan seragam kemeja putih dengan dasi, dan lengan kemeja itu dilipat hingga siku. Sehingga, Sunny baru menyadari bahwa tangan Liberty terlihat kekar dan berotot. Sunny dengan cepat menggeleng, ketika dia sama dengan murid sekolah lain itu memperhatikan Liberty.

Lo ngapain sih Sun, batin Sunny.

Sunny mengarahkan kakinya menuju Liberty. Setelah sampai, Liberty yang Sunny tahu semakin bersifat layaknya patung Liberti itu, masih fokus dengan bukunya. Sunny sengaja berdiri, di depan Liberty, agar bisa menutupi mereka yang mengambil foto Liberty tanpa izin.

Mereka tidak sopan, pikir Sunny.

Sunny menatap Liberty yang masih fokus membaca buku, yang Sunny ketahui adalah sebuah novel romansa.

"Liberty!"

"Yes, Love!"

Untuk beberapa detik, Sunny yang mematung. Mencoba mencerna apa yang tengah dia dengar dari Liberty. Begitupun dengan Liberty, hitungan detik ketiga dia mengangkat pandangannya dan matanya membulat melihat Sunny tepat ada di depannya, dengan ekspresi yang sama-sama terkejut.

"Oh—Sunny, gue... tadi refleks! Lo tahu kan, refleks itu terjadi karena adanya saraf motorik—" Liberty terdiam. Dia memejamkan matanya, merasa telah melakukan tindakan bodoh. Liberty membuka matanya, dan menyengir, karena merasa malu. "Duduk Sun!" Liberty menyingkirkan blazer miliknya.

Terjadinya suasana canggung di antara mereka beberapa saat.

"Tadi, gue lagi baca novel. Dan gue bilang, Love," Liberty sengaja merendahkan suaranya pada kata 'Love', "gue lagi pas baca bagian itu. Lihat deh, Sun!"

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang