Part 1
"Nanti pot bunga ini diganti yang warna putih, jangan hitam lagi!" pinta Delia.
Pelayan itu mengangguk sambil mencatat di buku catatan kecilnya.
"Bunda?"
Delia menoleh. Seketika, terdapat senyuman lebar di bibirnya melihat putrinya yang bernama Rain datang di hadapannya. Delia melebarkan tangannya dan langsung memeluk putri yang sudah cukup lama tidak bertemu dengannya itu, terlebih putrinya sekarang sudah mulai masuk asrama.
"Bunda kangen sama Rain!"
Rain merasakan pelukan itu sangat hangat, Rain juga membalas pelukan sang Bunda dengan penuh kerinduan.
"Rain kangen tahu sama Bunda yang cantik ini."
Delia tertawa kecil. Mereka melepaskan pelukan penuh kerinduan itu, dan Rain melihat beberapa orang ternyata ada di rumah ini.
"Bunda, orang-orang ini siapa?" tanya Rain sambil menatap Delia.
Delia tersenyum. "Mansion ini seperti tidak ada kehidupan sayang, Papi kamu terlalu misterius. Karena itu, Bunda mau memberikan sedikit perubahan."
Kerutan terlihat di dahi Rain. "Emangnya dia nggak marah?"
"Maksud kamu, Papi kamu?"
Rain mengangguk, sedangkan Delia tengah menahan senyumnya. Delia tahu, Rain sampai saat ini tidak mau memanggil Fernandoz dengan sebutan Papi.
"Bunda akan tinggal di sini, jadi papimu tidak berhak memarahi Bunda!"
Rain semakin tidak mengerti. "Bunda mau tinggal di sini? Serius?"
Kali ini, Delia yang dibuat tidak mengerti oleh Rain. "Loh, Bunda kan udah sampaikan ini sama Sunny. Waktu kamu pergi ke puncak, Sunny terlambat kan karena mau dinner sama Bunda."
"Iya, Rain tahu itu."
"Bunda udah bilang sama Sunny, kalau Bunda akan rujuk dengan papi kalian. Lagi pula, Bunda dan papi kamu nggak pernah mendaftarkan perpisahan kami. Jadi, Bunda udah bilang ke Sunny kalau kami putuskan akan kembali bersama. Emangnya ... Sunny nggak ngomong ke kamu, Sayang? Bunda udah minta buat Sunny sampaikan ini ke kamu juga."
Rain berpikir sejenak dan terlihat cukup terkejut. "Kenapa ... Bunda nggak sampaikan berita ini ke Rain langsung?"
"Bunda pikir, ke Sunny langsung itu sudah cukup. Dan selama Bunda dan papi kamu ada di luar kota, kita kesulitan sinyal. Tapi, Sunny beneran belum kabarin ini ke kamu?"
Rain tersenyum kecil. "Belum Bunda. Tapi, mungkin Sunny lupa. Soalnya semingguan ini kami lumayan sibuk. Nanti Rain aja yang tanyain Sunny. Bunda jangan tanyain Sunny kenapa dia nggak ngomong ke Rain, ya?"
"Tapi, anak-anak Bunda nggak lagi berantem, kan?"
Rain tersenyum lebih lebar. "Nggak berantem kok Bunda, kita baik-baik aja. Bunda tenang aja."
Delia menghela napas tenang. "Syukurlah, Bunda itu selalu khawatir tahu. Khawatir kalau nggak bisa berlaku adil ke kalian. Khawatir kalau salah satu dari kalian ada yang cemburu dan membuat hubungan kalian renggang. Terlebih, saat AGT kemarin, Bunda jarang banget luangin waktu buat Sunny. Sampai saat ini, Bunda selalu merasa bersalah."
Rain menggenggam tangan Delia dan memberikan tatapan hangat yang terlihat menengkan bagi Delia. "Bunda nggak perlu khawatir, Rain dan Sunny baik-baik aja."
"Bunda senang dengarnya. Apa pun yang terjadi, Rain harus tetap di samping Sunny dan kalian harus saling menjaga serta menyayangi, ya!"
"Iya, Rain janji akan selalu sayang dan menjaga Sunny!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Teen Fiction[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)