CC: 16

6K 760 348
                                    

Happy Reading

Sunny tahu, seharusnya dia berada di asrama saat ini bukan di mansion. Alasannya berada di sini juga, karena tiba-tiba Fernandoz memintanya untuk pulang sebentar. Sunny tidak tahu, apa yang akan Fernandoz bicarakan kepadanya. Bahkan saat dia sudah duduk di depan meja kerja papinya, pria itu belum juga berbicara melainkan hanya zibuk dengan berkas-berkas di atas meja. Hal itu, membuat Sunny dalam kegugupan. Sampai akhirnya, Fernandoz menutup salah satu berkas dan mulai menatap Sunny.

Fernandoz menatap Sunny dengan tatapan yang datar seperti biasanya, dan anehnya Sunny tidak pernah terbiasa dengan tatapan itu, sampai saat ini.

Fernandoz berdehem. "Kamu tahu apa alasan kamu berada di sini?" tanya Fernandoz dengan tenang.

Pertanyaan itu, membuat Sunny semakin gugup. Sunny rasanya ingin berteriak kepada dirinya sendiri, karena tidak bisa membuat dirinya tenang. Sunny memilih menurunkan tangannya dari atas meja Fernandoz. Tatapan papinya seakan mengintimidasinya saat ini, hal itu membuat Sunny menautkan jari-jarinya dengan gelisah.  Bahkan, dia tidak sanggup menatap mata Fernandoz. Sunny merasa, akan ada hal besar yang terjadi.

Sedangkan Fernandoz, melihat putrinya tidak menjawab pertanyaan darinya, membuat Fernandoz menghela napas panjang.

"Sunny kamu tahu, semua orang yang ada di sini adalah orang-orang Papi! Jadi, kamu tidak bisa dengan mudah menyembunyikan hal yang sedang terjadi, Sunny!"

Deg! Sunny tahu, cepat atau lambat Fernandoz akan mengetahui perihal masalah ini. Karena itu, perlahan Sunny mulai menaikkan pandangannya dan menatap mata Fernandoz. Dia berusaha untuk berani. Sekarang, entah mengapa dia merasa kecewa, karena hanya dirinya yang diminta untuk menemui papinya, dan Rain tidak. Iya Rain, karena satu-satu hal yang terjadi belakangan ini adalah pertengkarannya dengan Rain beberapa hari yang lalu.

Sunny menghembuskan napas pelan. Sunny pikir, dia harus menghadapi masalah ini. Terlebih, sudah beberapa hari ini dia tidak berbicara dengan Rain.

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Minta maaf dan berbaikan, Papi tidak mau kalian bertengkar terlalu lama!"

Sunny mengulum bibirnya sebelum berbicara dan meyakinkan dirinya. Minta maaf? Sunny merasa emosinya bergejolak mendengar dua kata itu diperintahkan kepadanya. Mengapa harus dia?

"Kenapa harus Sunny yang minta maaf? Sunny nggak salah! Harusnya Rain yang minta maaf. Papi pasti tahu, dengan siapa dia pacaran sekarang. Orang itu, adiknya adalah orang yang udah ngebuat Sunny kehilangan oma untuk selamanya. Orang yang ngebuat Sunny hidup dengan trauma sampai saat ini. Dan sekarang, Papi mau Sunny minta maaf dengan Rain? Rain yang harus minta maaf dan mengakhiri hubungannya. Tapi kenapa di sini seolah Sunny yang salah!"

Napas Sunny terdengar tidak beraturan. Emosi membaluti dirinya. Kilasan masa lalu yang menyakitkan dan meninggalkan bekas luka yang tidak akan pernah hilang, kini berputar di ingatannya.

Namun Fernandoz tatapan matanya tidak terlihat goyah, dia tetap menatap Sunny dengan datar.

"Papi tahu apa yang harus Papi lakukan! Dan kamu harus lakukan seperti apa yang Papi katakan! Rain sekarang lagi mempersiapkan untuk perlombaannnya, jadi dia tidak boleh banyak pikiran! Dan harusnya, kamu mengerti kondisi dia saat ini!" Fernandoz mengucapkannya, seolah tidak akan mengerti dengan perasaan Sunny. Seolah dia hanya mengerti akan Rain.

Entah mengapa, Sunny merasa hancur mendengar itu. "Kenapa Papi nggak adil?" Tatapan Sunny kepada Fernandoz terluhat hampa. Ada jeda yang lama sebelum dia kembali berbicara lagi. "Anak Papi bukan cuma Rain. Tapi ada Sunny yang hidup belasan tahun sama Papi. Kenapa Papi cuma pikirin perasaan Rain? Papi nggak pikirin perasaan Sunny? Papi nggak pikirin perasaan Sunny, ketika tahu Rain dekat dengan orang yang buat hidup Sunny hancur? Kenapa cuma Rain? Papi nggak bisa lihat kalau Sunny juga berusaha dianggap ada sama Papi? Sunny juga anak Papi, kan?"

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang