Happy Reading
Rain terus menarik tangan Sunny, walaupun Sunny sudah memintanya untuk melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Sunny. Dan Rain melepaskan pegangan itu, ketika mereka berdua telah masuk ke Private Room.
"Sakit tahu nggak," bentak Sunny menatap tajam Rain dan mengusap pergelangan tangannya yang memerah.
"Lo kenapa sih?" tanya Rain dengan tatapan tajamnya juga kepada Sunny.
Kerutan halus terlihat di dahi Sunny. Sunny pikir, harusnya dirinya yang memberikan pertanyaan itu kepada Rain, yang tiba-tiba menariknya yang baru saja keluar dari kamar asramanya.
Karena Sunny tidak menjawab, Rain akhirnya kembali merespon. "Gue, kan, udah bilang waktu itu, jangan ganggu Liona lagi, Sunny!"
Sunny seketika tersenyum sinis. "Ganggu gimana? Ngelihat muka dia aja, gue udah muntah."
"Tapi, lo 'kan yang suruh Caitlyn dan kacung-kacungnya buat bully Liona?"
Sunny diam sejenak. Lalu, dia bergumam panjang, seolah tidak mempedulikan emosi Rain yang bisa meledak kapan saja.
"Well... Caitlyn yang ngelakuinnya?" Sunny berjalan, sedikit menjauh dari Rain dan duduk di sofa. Dia bersandar ke badan sofa dengan kaki yang saling menyilang dan kedua tangan yang saling melipat. Menatap Rain dengan tenang
"Kesalahan gue di mana? Yang ngelakuinnya, kan, Caitlyn dan kacungnya!"
"Lo yang nyuruh!" ujar Rain dengan geram.
"I didn't ask for it! They did it, not me!"
"Sunny—"
"Dia cuma tanya, dia boleh nggak gangguin sahabat kesayangannya, Rain? Dan gue jawab, up to you, kalau mereka mau ngelakuinnya, ya lakukan!"
Rain diam sejenak. Dan Sunny tenang memperhatikan Rain, walaupun terlihat jelas napas Rain seakan memperlihatkan emosinya yang tidak stabil.
"Ha iya, gue lupa!" Sunny berdiri dari duduknya. "Caitlyn bilang, kalau misalnya dia ngelakuin itu, dia mau gue ikut tanggung jawab! Dan, gue iyain aja. Kalau lo ngelapor, itu artinya lo juga ngelaporin gue. Nggak mungkin, kan, kembaran gue ngelaporin gue?—"
"Sun, lo bisa stop—"
"Masa lo bisa belain dia, nggak bisa belain gue?" Sunny tersenyum kecil, dia berdiri dan perlahan berjalan melangkah ingin pergi meninggalkan ruangan itu, tapi Rain kembali menghadangnya.
"Jadi, lo ngerasa bahagia ngelakuin ini semua? Terus, apa bedanya lo sama Liona?"
Sunny mendecak. "Iya, gue happy ngelakuin ini, gue suka ngelihat dia tersiksa, gue rasa ini yang gue tunggu-tunggu dari lama. Keputusan dia buat masuk ke Tree High School itu nggak salah, buat gue, bukan buat dia! So, lo jangan jauh-jauh dari dia, kalau lo nggak mau dia kenapa-napa. Dan..., gue beda dari dia, mau tahu bedanya apa? Gue nggak pernah jadi pembunuh, beda sama dia!"
Sunny melangkah kembali, dengan menyenggol bahu Rain, tapi ketika dia hendak membuka pintu, Rain kembali berbicara.
"Ada yang lagi neror, lo?"
Rain menoleh ke belakang, menatap punggung Sunny.
"Siapa? Kenapa lo diteror? Bukan, nggak penting alasannya. Tapi, kenapa nggak cerita?"
Dan, suara Sunny berubah terkesan dingin. "Gue nggak diteror. Dan kalaupun gue lagi diancam, kenapa lo harus peduli?"
"Gue saudara lo, dan sebelumnya gue sahabat lo! Itu alasan yang jelas buat gue harus peduli! Ada yang paksa lo, kan, buat lo terpaksa biarin Caitlyn nge-bully Liona. Dan—"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Teen Fiction[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)