Satu bulan menjelang ujian akhir semester ganjil, dan semua terlalu baik-baik saja sampai akhirnya terdengar kabar ke seluruh sekolah bahwa Naufal dan Alice telah mengakhiri hubungan mereka yang terlihat baik-baik saja. Tentu, hal tersebut membuat semua orang terkejut.
"Beneran putus?" tanya Aluna, untuk sekian kalinya.
Alice hanya bisa menghela napas panjang, ketika Aluna bertanya pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya yang membuat Alice ingin melempar asbak rokok di depannya ke kepala Aluna.
"Iya! Stop lo nanyain itu mulu, Aluna! Fokus ke pembahasan kita sekarang ini."
Aluna memajukan posisinya yang ada di seberang Alice, dia tidak ingin mendengarkan Alice.
"Tapi, gue masih belum bisa menerima, kok bisa lo tiba-tiba putus gitu aja, tanpa kita semua tahu?"
"Ini, kan, lo udah tahu!" ketus Alice.
Aluna mendengus dan mengambil ponselnya, dia memperlihatkan sebuah room chat kepada Alice. "Eh gue tahu dari anak jurnalis lainnya ya, kalau bukan dari mereka yang ngelihat lo saling cuek gitu, kita semua nggak akan tahu rumor ini. Kredibilitas gue, sebagai pembawa informan paling cepat, sekarang sedang ditangguhkan, karena gue bukan orang pertama yang tahu. Mana kejadiannya ada di kelas gue." Alice melipat kedua tangannya dan bibirnya terlihat cemberut.
Sedangkan Samuel dan Liona hanya bisa menggeleng-geleng kepala, melihat tingkat rasa ingin tahu Aluna yang begitu tinggi.
Samuel mengusap pelan rambut Aluna. "Paling nggak, rumor itu bisa lo benarkan, karena dapat dari narasumbernya langsung."
Aluna terlihat menimbang-nimbang perkataan dari Samuel.
"Benar juga kata lo!"
"Awas ya lo masukin ke mading sekolah," ancam Alice kepada Aluna.
Aluna mendecak dan menatap Alice dengan cukup sinis. "Idih, gue nggak mau ya masukin hubungan asmara orang ke mading, nggak berbobot banget! Gue sebentar lagi akan perpindahan masa jabatan. Harus yang memberikan kesan terbaik dong ke junir-junior gue!"
"Biasa aja, anjing!" sungut Alice.
"Wah, jadi kasar mulutnya semenjak putus dari Naufal," ledek Samuel.
Alice menatap Samuel dengan sinis, sambil sedikit menendang meja yang memberikan jarak di antara mereka.
"Emang putusnya gara-gara apa?" tanya Aluna yang masih dengan rasa penasarannya.
Alice mendengus. "Nggak tahu, lo tanya sendiri ke dia!"
Aluna lagi-lagi membuang napas panjang, dan memberikan ekspresi yang terlihat sangat kecewa.
"Sumpah deh, gue masih ngerasa ini mimpi. Gue masih nggak percaya kalian putus, nggak ada hujan, badai, angin dan topan, beserta teman-temannya, tiba-tiba lo bilang putus sama dia, dan yang mutusin itu Naufal, lagi. Gagal deh kita-kita ke kondangan!"
"Eh, kalaupun nikah, lima tahun lagi, bego!" ketus Alice.
Alice menghempaskan punggungnya ke badan sofa. "Tau ah, gue yang kecewa. Lo emang nggak ada galau, Ice? Jangan-jangan lo sebenarnya nggak cinta lagi sama Naufal. Kok lo kelihatan biasa-biasa aja, perasaan lo gimana gitu? Sedih, marah, apa gimana gitu?"
Alice mulai terlihat geram. Sedangkan Samuel sudah memperhatikan, gerak-gerik Alice yang ingin mengambil asbak rokok itu.
"Oke-oke, cukup pertanyaannya Bu Jurnalis terhormat!" ujar Samuel dengan kekehan sumbang yang dipaksakan.
"Ah iya, gue ingat!" Aluna seolah tidak mau menyelesaikan ucapannya. "Lo pernah nggak masuk tiga hari, katanya lagi sakit. Tenyata sakit hati toh rupanya!" Aluna mengangguk-angguk kecil, tanpa memperhatikan ekspresi wajah Alice yang sudah merah karena menahan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Teen Fiction[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)