CC: 36

3.6K 583 357
                                    

Happy Reading

Sunny tidak pernah memasuki tempat dengan dentuman musik yang mengganggu pendengarannya. Sunny hanya tahu, bahwa dua manusia di kelasnya—Samuel dan Aluna sering ke tempat seperti ini, menyelinap kabur dari asrama ketika kegiatan selesai. Dan kini, dia berada di sini—duduk di salah satu table.

Mantan ketua klub cheersleader—Serina, sedang berulang ke-18 tahun sabtu ini, gadis itu menyewa klub malam yang katanya salah satu klub terbaik dan elite di Jakarta Selatan. Gadis itu juga mengundang semua anggota Champion Class 12 dan 10. Namun, yang datang di CC 10 hanya Jasmine, Liara, dan Naresh. Sedangkan CC 12 hanya Aluna, Samuel, Galvin, Bulan, Melody, dan Sunny.

Galvin sedang berada di bar bersama Jasmine, entah apa yang tengah mereka bicarakan. Bulan tengah bersama Jarrel di bar, belakangan Sunny dengar kedua manusia itu sama-sama suka memasak. Sedangkan Aluna, Samuel, dan Liara, sedang di dance floor, menikmati beat musik oleh DJ yang namanya sedang naik daun belakangan ini.

Sunny yakin, bahwa Serina mengeluarkan biaya yang sangat banyak untuk ulang tahunnya, tapi tidak masalah, dan bukan menjadi hal besar bagi semua murid THS. Namun, yang Sunny pikirkan, bagaimana cara Serina meminta izin kepada orangtuanya. Karena ini bukan hotel, tapi klub malam.

Sunny menatap lurus kepada temannya yang lain—Melody, gadis itu tengah meminum vodka dengan pandangan yang menerawang jauh. Sunny tidak tahu apa yang membuat Melody ada di sini, tapi Sunny yakin bahwa Melody sedang berada di dalam masalah.

Atau mungkin, dirinya sudah tahu alasan terbesar Melody berada di sini.

Begitupun Sunny dia sedang lari dari masalah. Sudah beberapa hari ini dia terus dilanda kegelisahan. Hari terakhir di mana Rain dan dirinya berbicara—tidak bisa sebut berbicara. Mereka saling keras satu sama lain. Rain telah tidak masuk sekolah—dengan alasan izin sakit. Namun, Rain tidak pernah pulang ke mansion. Apa yang dilakukan oleh Rain kepada Misyella, membuat Misyella harus di rontgen dan tangannya di gips beberapa hari. Sehingga Misyella tidak bisa mengikuti perlombaan piano yang sangat ingin dia ikuti.

Rain tidak melaporkan ke pihak sekolah, bahwa Misyella yang menjebak Liona. Begitupun dengan Misyella yang tidak melaporkan bahwa Rain yang membuat tangan kanannya tidak berfungsi beberapa hari. Dan setelah kejadian hari itu, suasana kelas menjadi hening. Tidak ada yang mau membahas masalah itu—seolah semua melupakan bahwa mereka tengah melukai satu sama lain.

Bagaimana dengan orangtua mereka? Sunny tidak tahu apa ada yang melaporkan atau tidak, karena setelah pesta pernikahan itu, Papi dan Bunda-nya pergi ke Swiss—mereka tidak mau diganggu. Sunny berharap, kedua orangtua mereka tidak tahu tentang kekacauan ini.

"Lo nggak kenal siapa, Rain. Semakin lo tahu tentang dia, semakin lo yakin, kalau itu bukan Rain yang lo kenal!"

Kalimat Liona hari itu, terus menggema di kepala Sunny. Sunny pikir, setelah kejadian di mana Rain berani melukai Misyella, seperti seseorang yang kehilangan akal sehat, Sunny sadar bahwa ucapan Liona ada benarnya.

Itu bukan Rain. Atau mungkin, memang Sunny yang tidak pernah mengenal Rain.

Semua persepsi masuk ke dalam pikirannya.

Gelas yang telah berisikan vodka yang sedari tadi tidak disentuhnya, kini dia sentuh dan dengan cepat meneguknya. Kerongkongan Sunny terasa panas, tapi Sunny menuangkan kembali minuman berakohol itu ke dalam gelasnya. Dia kembali meneguknya, seolah sedang mencari pelampiasan.

"Gue benci dan jangan anggap gue saudara lo lagi!"

Tidak.

Sunny tahu bahwa seharusnya dia tidak mengucapkan kalimat itu. Sunny ingin katakan, bahwa jika dia bisa memutar waktu, dia tidak ingin mengucapkan kalimat menyakitkan itu kepada Rain-nya. Bagaimanapun, Rain tetaplah saudara kandungnya.

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang