Lilium Candidum L - Lily putih
Happy Reading
Sebelum berangkat sekolah, Rain menyelesaikan sarapan paginya bersama Sunny. Fernandoz telah berangkat lebih pagi daripada anak-anaknya. Rain memilih diantar oleh Arnesh yang sudah menghubunginya lewat pesan, jika kekasihnya itu sudah menunggu di luar. Sebelum mengambil tasnya, Rain menoleh ke arah Sunny. Sunny terus mengecek ponselnya berulang kali, sambil memakan sandwich yang ada di depannya.
"Sun, lo nyetir sendiri, sama sopir atau mau nebeng aja?"
Sunny mengangkat pandangannya, menatap Rain. "Lo duluan aja!"
"Bukan itu pertanyaan gue."
Sunny diam sejenak. "Gue diantar."
Rain menatap Sunny, memperhatikan mimik wajah Sunny. Dia merasa ada yang aneh dari Sunny. Hingga kernyitan halus terlihat di dahi Rain. Tapi Sunny, tetap menatapnya dengan tenang.
"Kenapa? Bukannya pacar lo udah jemput? Pergi sana, nanti dia kelamaan nunggu."
Pada akhirnya, Rain menyerah. Dia segera mengambil tasnya. "Gue duluan, lo jangan sampai telat."
Sunny bergumam. Tidak lama setelah Rain pergi dan Sunny menyelesaikan sarapannya. Dia mengecek ponselnya sekali lagi. Setelah itu, Sunny segera mengambil tasnya dan pergi meninggalkan ruang makan, dia begitu terburu-buru. Sunny keluar dari pagar kecil yang yang hanya bisa dilalui oleh satu orang. Tepat di depannya saat ini, laki-laki yang membuat perjanjian dengannya, untuk mengantar dan menjemputnya beberapa hari ke depan.
Sakha, laki-laki itu terlihat lebih rapi dengan jaket kulit dan baju kaos putih yang sedikit terlihat oleh Sunny. Sakha juga langsung memberikan helm kepada Sunny.
"Demi keselamatan berkendara, dan menaati peraturan lalu lintas, kamu harus pakai."
Sakha memperhatikan, Sunny menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Sakha tahu, Sunny ragu untuk menggunakannya. Karena itu, Sakha mengambil helm itu lagi dari tangan Sunny. Dia turun dari motornya, berhadapan dengan Sunny dan secara tiba-tiba, memasangkan helm kepada Sunny.
"Helm ini baru, kamu orang pertama yang memakainya." Sakha menurunkan pijakan motor untuk Sunny dan dia naik ke atas motor terlebih dahulu.
Sunny juga segera naik, sebelum itu dia merapikan roknya terlebih dahulu, yang terasa pendek. Sakha melihat itu dari spion motornya. Sunny terlihat sangat nyaman, Sakha bisa memaklumi, jika Sunny belum terbiasa naik motor. Karena itu, Sakha melepaskan jaketnya dan memberikanya pada Sunny. Sehingga meninggalkan kaos putihnya yang berlengan pendek.
"Pakai aja, supaya kamu nyaman!"
Sunny dengan ragu menerimanya. "Maaf, gue ngerepotin."
"Nggak merepotkan sama sekali, kenyamanan pelanggan adalah yang utama bagi saya."
Sakha melihat dari spion, Sunny tersenyum sangat tipis.
"Kita berangkat!"
"Iya. Tapi, pelan-pelan aja, gue nggak biasa naik motor, Kak."
"Kak?"
"Lo kan lebih tua dari gue. Atau mau gue panggil, om aja?"
Sakha tertawa sambil menghidupkan motornya kembali. "Jangan, Kakak sudah bagus!"
---
Selama di motor, hanya terjadi keheningan. Sunny terus memperhatikan jalan yang mereka lewati. Sakha membawa Sunny ke gang-gang kecil yang tidak pernah Sunny ketahui, walaupun telah hidup di Jakarta hingga belasan tahun. Kata Sakha pada Sunny, ini supaya cepat sampai ke sekolah Sunny.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Fiksi Remaja[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)