CC: 10- Maranta

6.3K 909 209
                                    

Happy Reading

Sebelumnya, Sunny tidak pernah berpikir akan berjalan di jalanan dengan genangan air yang mana percikannya mengenai sepatunya. Dengan jalanan yang berlobang, anak-anak yang berlarian sambil membawa benda yang berbunyi di tangan mereka dan sebuah plastik yang Sunny lihat, ada beberapa lembar uang di dalamnya. Tidak jarang, sesekali orang lain tidak sengaja menyenggol bahunya.

Suara para pedagang yang ada di bawah tenda berwarna biru yang saling bersahutan, menawarkan barang dagangan mereka. Suasana berbeda yang tidak pernah Sunny lihat di supermarket dengan lantai keramik yang disertai pendingin ruangan dan barang-barang yang tersusun rapi di rak yang telah tertera barcode harga. Tidak akan Sunny temui suasana itu, seperti di pasar tradisional ini.

Jika bukan karena laki-laki dengan jaket kulit berwarna hitam yang berjalan di depannya.

"Masuk ke dalam gang ini, Sunny!"

Sunny hanya mengangguk, ketika menemui sebuah gang di belakang pasar tradisional. Dia masih mengikuti Sakha. Sunny tidak tahu, mengikuti Sakha sampai sejauh ini adalah keputusan yang salah atau tidak. Tapi, rasa ingin tahunya yang sedari kecil sangat besar, membuat dia sudah berada sejauh ini, dengan laki-laki asing yang baru beberapa hari ini dia kenal.

"Kamu capek?" Sakha menoleh ke arah belakang.

Sunny menggeleng. "Nggak. Masih jauh?"

"Sebentar lagi sampai. Maaf, kamu harus repot karena saya."

"Nggak repot, gue yang mau ikut."

Sakha, laki-laki itu tersenyum kecil dan kembali melanjutkan langkahnya dengan Sunny. Sunny merasa asing dengan daerah ini, beberapa orang yang dilewatinya, menatapnya secara terus menerus, seakan leher mereka akan berputar 180 derajat. Dan Sunny juga selalu memperhatikan lingkungan sekitar, rumah-rumah kecil ini.

Bagaimana bisa mereka tinggal di rumah sekecil ini, pikir Sunny.

Sunny bahkan bergidik takut, ketika harus melewati jembatan kecil yang di bawahnya ada selokan yang airnya sangat hitam dan menimbulkan bau. Sehingga membuat Sunny menahan napasnya, ketika melewati selokan itu, setelah jauh, barulah dia bisa bernapas dengan lega.

"Bau ya? Salurannya emang kurang lancar, kalau lagi hujan terus menerus, suka banjir."

"Banyak sampah, seharusnya bisa lebih jaga kebersihan. Itu juga bisa membantu, lagi pula, kalau sakit, yang susah mereka juga. Baik pemerintah dan masyarakat, harus saling kerja sama, nggak bisa cuma salah satunya aja."

Sakha mengangguk-angguk setuju. "Mereka kurang pengetahuan tentang itu dan kurangnya sosialisasi, jadi tidak ada kesadaran dari diri sendiri."

Sunny mengangguk setuju dengan jawaban Sakha. Hingga akhirnya dia mendengar suara anak perempuan yang memanggil nama Sakha.

"Bang Leo!"

Sunny menatap seorang anak perempuan yang diikuti oleh beberapa anak lainnya. Anak perempuan itu berlari dengan senyuman lebar dan membawa sesuatu di tangannya, seperti mainan.

"Aya, kamu jualan baling-baling lagi?"

Sungguh, Sunny mendengar suara Sakha yang jauh lebih lembut ketika berbicara dengan gadis kecil bernama Aya itu, bahkan dia mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan anak itu.

Sunny melihat anak perempuan itu tersenyum lebar.

"Aya bosan Kak, sekalian nambah jajan."

"Tapi jalanan itu berbahaya, kamu dan yang lainnya bisa terluka. Gimana kalu ada preman yang ganggu kalian?"

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang