CC: 28

3.6K 502 210
                                    

Happy Reading

Semua orang berlari ke gedung Seni yang berdekatan dengan Sport Hall. Awalnya, galeri seni mini ada di Sport Hall, tapi satu tahun yang lalu Tree High School menambah gedung tiga lantai untuk beberapa klub seni di sekolah itu. Dan mereka membuat gedung dengan tiga lantai. Api berasal dari lantai pertama.

"Semua orang udah di evakuasi?" tanya Naila yang panik memeriksa siswa siswinya.

Di sana sudah ada Rain dan beberapa anggota CC.

"Sudah Bu, semoga nggak ada yang di dalam lagi!" jawab Rain yang dari lapangan memanah.

"Misyella mana?" tanya Azka yang sedari tadi memperhatikan orang-orang di sekitarnya dan dia tidak menemukan perempuan itu.

"Ya Tuhan!" Naresh—CC 11 menepuk dahinya. Dia menatap Azka. "Tadi, Kak Misyella 'kan tampil di ruang musik. Terus, pas selesai katanya mau ke toilet. Nggak tahu udah keluar atau belum. Toilet ada di lantai satu!" ujar Naresh mulai panik.

"Kok lo bisa tahu?" tanya Rain, memastikan.

"Dia gabung klub musik," jawab Aluna yang mulai terlihat panik.

Sunny telah datang bersama Liberty, dia mendengar percakapan teman-temannya. "Gue coba hubungi!" Sunny mencoba menghubungi Misyella, tapi tidak kunjung diangkat. "Azka—"

Belum sempat Sunny berbicara, laki-laki itu telah menerobos kerumunan dan masuk ke gedung dan tidak ada yang bisa menghalanginya. Tentu, membuat semua orang yang melihat itu panik.

"Ada apa? Kenapa-kenapa?" Samuel datang tiba-tiba.

"Azka masuk ke dalam, Misyella kemungkinan ada di dalam!" jawab Aluna.

Mendengar itu, mata Samuel membulat. Tanpa berbicara lagi, dia menerobos kerumunan dan masuk ke dalam gedung, yang mana api sudah semakin membara.

"Samuel!!!" teriak Aluna yang hampir saja berlari mengejar Samuel, kalau tidak ditahan oleh Morland.

Naufal mengacak rambutnya asal. Dia pikir, teman-temannya sudah gila, karena mencoba menerjang maut di dalam.

Sementara itu, di dalam Azka sudah terbatuk-batuk mencari toilet berada di mana, karena tertutup asap dan api.

"Misyella!!!" teriak Azka.

Dia terus masuk ke dalam, hingga menemukan pintu yang dia yakini sebagai toilet. Saat memegang gagang pintu, Azka meringis dan melepaskan gagang itu, karena terasa sangat panas. Dia melepaskan blazer miliknya dan membuka gagang pintu yang dilapisi oleh blazernya. Namun anehnya, pintu itu tidak bisa terbuka. Terkunci. Azka mencoba mendobrak pintu itu, berulang kali dia mencoba tapi pintu tidak kunjung terbuka. Sampai akhirnya, Samuel datang dan tanpa saling bertanya. Samuel membantu Azka, karena tenaga mereka berdua disatukan, pintu akhirnya terbuka. Benar saja, mereka melihat Misyella telah tergeletak di lantai.

Azka dengan cepat membuka kran air dan membasahi blazernya, begitupun dengan Samuel. Mereka juga membasahi baju mereka, karena mereka harus menerjang api yang semakin membesar. Azka segera mengangkat tubuh Misyella ala bridal style. Samuel mengikuti dari belakang, api itu membuat mata mereka semakin perih.

Samuel memperhatikan, Azka sudah mulai terlihat lemas. Namun, laki-laki itu berusaha kuat untuk membawa Misyella. Walaupun Samuel sudah menawarkan bantuan. Samuel tidak menyangka kedekatan antara Azka dan Misyella, mampu membuat Azka mempertaruhkan nyawanya untuk Misyella. Lalu, sekarang dia tidak melakukan hal yang sama? Samuel menggeleng, dia punya alasannya sendiri.

Samuel mencoba melindungi kedua temannya dari belakang. Matanya membulat, ketika melihat ada yang hendak jatuh. Samuel mendorong Azka melangkah lebih cepat. Mereka bertiga jatuh, tapi Misyella tetap berada di dekat Azka.

CHAMPION CLASS and the WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang