Happy Reading
Alice dengan dua cup es krim di tangannya, yang hendak dia makan sendirian di roof top gedung sekolahnya. Saat keluar dari lift, kernyitan terlihat jelas di hidung Alice.
"Pasti tadi ada yang merokok di sini!" lirih Alice dengan matanya yang sedikit menyipit, saat melihat seseorang duduk di salah satu sofa dengan headphone di telinganya.
Melihat dari panjang rambut dan warna headphone itu, Alice sudah mengenali seseorang itu. Alice menjadi ragu untuk kembali melangkahkan kakinya. Alice memilih berbalik arah, tapi ketika pintu itu lift telah terbuka kembali, dia mengurungkan niatnya, kembali melangkah ke arah yang dia tuju.
Sofa panjang, di sudut sebelah kiri ada Rain yang menyandarkan kepalanya ke badan sofa, melihat bintang-bintang yang di langit-langit. Di sebelah sudut kanan, Alice duduk dengan menatap dua es krimnya, tadinya dia ingin menyegarkan pikirannya, setelah berkutat dengan soal-soal untuk latihan evaluasi bulanan kelas 12, yang akan dilaksanan beberapa hari lagi.
Namun, Alice memilih menyentuh lengan Rain dengan satu jari, yang membuat Rain menoleh ke arahnya. Tanpa berbicara, Alice menyodorkan es krim itu kepada Rain. Rain diam sesaat, hingga akhirnya melepaskan headphone dan menerima es krim itu. Kini, mereka sama-sama mulai menikmati es krim dengan rasa vanilla dan coklat. Mereka menikmati dalam keadaan hening dan angin malam yang mulai berhembus, hingga awan mulai menutupi benda langit yang bergemelap.
Hingga es krim itu habis.
Rain mulai beranjak, hendak pergi.
"Gue butuh teman cerita," ujar Alice yang telah menoleh ke arah Rain.
Rain yang tadinya telah berdiri, kini kembali duduk. Biasanya, Rain akan bertanya terlebih dahulu, karena dia cukup peka dengan apa yang terjadi kepada sekelilingnya. Namun, kini dia memilih diam.
Hingga satu menit lamanya, Alice masih tetap diam dan Rain juga tidak memaksa Alice untuk segera berbicara, walaupun jam sudah lewat pukul 12 malam.
"Gue dan Naufal, akan tunangan setelah tamat sekolah ini!"
Hening, Rain tetap mendengarkan. Rain tidak menatap Alice, begitupun dengan Alice. Mereka memilih untuk menikmati hamparan udara di depannya.
"Mungkin dua tahun setelah itu, kita akan menikah."
Alice kembali diam. Terdengar suara hembusan napas dari mulut Alice.
"Di tahun pertama, gue pernah cerita sama Azka, kalau gue mau bebas. Karena dulu, di rumah begitu menyesakkan. Dulu, gue masih merasa ada tali yang mengikat gue. Gue selalu merasa ketakutan, bahkan setiap liburan sekolah, gue selalu mikirin apa setelah ini gue bisa mempertahankan nilai gue atau malah akan menjadi buruk. Teman-teman sekolah yang dulu selalu mikir, kalau jadi gue menyenangkan, tanpa tahu apa yang gue sembunyikan tentang keluarga gue. Setiap liburan, gue nggak pernah ngerasain, apa rasanya liburan yang sebenarnya!"
Alice tersenyum kecil. "Tadinya, gue pikir dengan akan bertunangan dengan Naufal, perlahan tali itu akan terlepas seluruhnya dari gue. Tapi..., gue merasa semakin... terikat! Gue melupakan keinginan terbesar gue untuk bebas. Lo tahu, Rain? Gue punya keinginan besar untuk melakukan perjalanan keliling dunia, sendirian. Setelah selesai dari sekolah ini, tapi gue rasa itu semua hanya angan-angan gue!"
Hening, tidak ada percakapan untuk beberapa menit ke depan. Hingga, Rain membuka suaranya.
"Ikuti kata hati, lo!" ujar Rain. "Gue yakin, Naufal akan bahagia kalau lo bahagia. Dengan lo berusaha untuk terus terikat sama dia, dan dia udah berusaha mempertahankan lo, dia akan merasa sakit kalau dia tahu, lo nggak bahagia bersama dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAMPION CLASS and the WINNER
Novela Juvenil[SEQUEL CHAMPION CLASS] "Tree High School dan Champion Class bagaikan bunga mawar, terlihat indah, tapi juga menyakiti!" -Rain- *** Design Cover: (ig: ria_graphicc)