part 4

127 12 4
                                    

⚠️hay guys sorry baru update, hihii ramein dear luna yuk jangan lupa vote dulu yups, for information guys, danny-luna-willi jangan sampe ketuker sama yang di cerita Toxic oke hehe happy reading guys⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️hay guys sorry baru update, hihii ramein dear luna yuk jangan lupa vote dulu yups, for information guys, danny-luna-willi jangan sampe ketuker sama yang di cerita Toxic oke hehe happy reading guys⚠️

----------

Flashback on

Seorang gadis kecil tengah terduduk di lantai kamar mandi sembari memegangi kedua kakinya, ia tertunduk dan menangis, gadis itu terkunci dari dalam, ralat bukan terkunci tapi sengaja di kunci oleh teman sebaya nya.

"Tolong bukakan pintunya, aku takut" Ujar Luna terisak didalam sana.

Pernah juga Luna kecil saat mempunyai suatu yang baru saja ia beli, teman sekelasnya langsung merebutnya jika Luna tidak suka pasti barang itu dirusak olehnya luna tidak mampu berbuat apa-apa karna memang tidak ada yang peduli padanya, pernah suatu hari ia mengadukan pembullyan di sekolahnya kepada nenek-kakeknya tapi mereka menganggap itu hanya candaan dan berakhir tidak terjadi apa-apa

"Nek, kaki aku sakit" Eluhnya

"Kenapa bisa berdarah gitu, pasti kamu main terus kerjaanya" Ujar ketus sang nenek

"Yeobbo, jangan begitu cucu kita kesakitan mungkin tidak sengaja terjatuh" Pembelaan dari kakek

"Yaudah sana ambil obat kotaknya biar nenek obati" Luna pun segera bergerak mencari kotak obatnya sendiri

"Kau ini kenapa huh, kenapa menyuruh cucumu itu. Bukannya seharusnya kau yang mengambilnya" Cecar suaminya

Ia pun melirik sinis, "biarkan saja, toh aku juga tidak menyukai cucu dari menantu yang tidak aku sukai, dari hidup sampai mati pun dia tetap menyusahkan dengan cara meninggalkan satu anaknya yang tidak berguna itu"

"Cukup, jaga bicara mu itu aku tidak menyangka kau masih saja membicarakan mendiang lussi, sejak awal kalau memang tidak setuju katakan saja" Marah kakek memperingati istrinya

"Mereka sudah tau kalau aku tidak suka dengan hubungan mereka, tetapi anakmu itu yang memohon padaku untuk merestui hubungan mereka, haa~" Suaminya pun memijat kening yang terasa pusing bertahun-tahun hanya meributkan soal permasalahan yang sama "sudah lah kepalaku sakit, kau dari dulu memang tidak pernah berubah"

"Beruntungnya lussi sudah ku singkirkan, tapi sayangnya aku gagal menyingkirkan anaknya" Ucap dalam hatinya.

Luna sedari tadi berdiri di belakang lemari hias dan mendengar kan semua pembicaraan yang di bicarakan kakek dan neneknya itu, awalnya ia mengira itu hanya keributan kecil dan belum paham dengan apa yang sedang mereka bicarakan.

Semakin beranjak dewasa saat SMA Luna tumbuh sebagai anak yang sedikit pendiam tapi bukan berarti dirinya tidak bisa membantah, ia bisa tapi selalu kalah dengan lawannya dan Luna juga tidak mudah bergaul, apalagi Luna tidak juga memiliki satupun teman, jika punya pun itu hanya kepalsuan belaka, yang berakhir luna cuma jadi pesuruh gadis gadis hits disekolahnya

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang