*********
Menjelang siang, setelah kelas berakhir, Luna dan Riri memutuskan untuk pergi ke kafetaria bersama. Namun, alih-alih menikmati waktu makan siang yang tenang, mereka malah terjebak dalam situasi yang cukup membingungkan. Danny dan Willi, dua pria yang paling dekat dengan Luna, tampak seolah-olah sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya.
Danny, dengan sikap kakak tiri yang protektif, tidak bisa menyembunyikan rasa ingin menjaganya. Ia mencoba untuk lebih perhatian, berbicara dengan Luna dalam nada yang lebih serius, seolah ia ingin memastikan Luna baik-baik saja. Namun, Willi, pacarnya, tampak tidak ingin kalah. Dengan sikap lembut dan penuh perhatian, Willi terus berusaha mendapatkan perhatian Luna, seakan berusaha menunjukkan bahwa dialah yang paling peduli.
Luna yang melihat kejadian itu merasa sedikit bingung. Di satu sisi, ia tahu ini adalah hal yang wajar—Danny sebagai kakak tiri tentu merasa bertanggung jawab atasnya, sementara Willi, sebagai pacarnya, juga ingin lebih diperhatikan. Luna merasa harus bisa menyeimbangkan keduanya, namun itu bukan hal yang mudah. Di dalam hati, ia merasa cemas karena tidak ingin salah memperlakukan satu pun dari mereka.
Sementara itu, Riri, yang sudah lama mengenal Luna, melihat situasi ini dengan senyum kecil. Ia tahu persis apa yang terjadi di antara ketiganya. Riri menyadari bahwa Luna memang sering kali merasa bingung dengan sikap kedua pria tersebut, dan meskipun Luna mungkin tidak mengatakan apa-apa, Riri bisa merasakan ketegangan yang ada.
Di sudut lainnya, Travis, Jaden, dan Naomi yang ikut menyaksikan, tampak saling berpandangan bingung. Mereka semua merasa heran dengan sikap Danny dan Willi yang begitu jelas berusaha memperebutkan perhatian Luna. Meskipun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara ketiganya, mereka bisa merasakan ada sesuatu yang spesial, bahkan jika itu hanya sekedar perhatian biasa.
Riri, dengan senyum kecil di wajahnya, memutuskan untuk memecah keheningan itu dengan bercanda. "Duh, Luna... Dikelilingi dua laki-laki yang selalu berebut perhatian. Mau pilih yang mana kaka atau sang pacar?" goda Riri dengan nada usil, sambil memperhatikan reaksi Luna yang masih tampak canggung.
"Dih, hus hus berisik, udah sana makan aja." Cibir danny
Riri memutar matanya jengah, "apasih."
"Tapi bener loh, tumben-tumbenan ada momen kaya gini" Sahut jaden terkekeh
"Alah, perasaan lo aja kali den." Elak danny
"Dih, beneran loh. Dulu pas sama mira lo gak kaya gini dah" Travis menjawab langsung mendapatkan tatapan tajam dari danny
"__mampus lo vis." Sindir jaden terkekeh
"Tapi bener kan iyakan" Travis kekeh.
"Sekali lagi lo ngomong, gue pastiin mulut lo gue jahit!!" Ancam danny dengan nada rendah.
Luna hanya bisa tersenyum malu, merasa bahwa situasi ini sudah mulai di luar kendalinya. Namun, di dalam hatinya, ia merasa sedikit lega karena memiliki teman yang mengerti dan bisa membuatnya tertawa meski dalam keadaan canggung seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luna (END)
Teen Fiction⚠️jangan plagiat‼️ide mahall sengkuu, yuk guys sebelum baca janlup follow dulu⚠️ "Orang menangis bukan karena mereka lemah. Tapi, mereka menangis karena telah berusaha kuat dalam waktu yang lama" -Luna Ruzelia "Tujuanku adalah selalu membuatmu, ter...