part 11

68 8 3
                                    

~Terkadang aku merasa iri ketika melihat orang lain dapat bahagia bersama keluarganya, sementara aku hanya bisa tersenyum pada saat hati ini terluka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Terkadang aku merasa iri ketika melihat orang lain dapat bahagia bersama keluarganya, sementara aku hanya bisa tersenyum pada saat hati ini terluka. -Luna🥀

Hay guys, siapapun kamu dan dimanapun kamu berada harus tetap semangat ya. Jangan menyerah, tolong hiduplah lebih lama dan bahagia❤🫂 kita lanjut aja yuk. Jangan lupa votenya☺

✨Happy reading✨

**********

Dalam perjalanan pulang, suasana di motor terasa tegang. Luna duduk dengan tenang dibelakangnya, sementara Danny mengendarai motornya dengan wajah yang serius, seolah-olah tidak ingin ada percakapan sama sekali. Mereka sudah cukup lama berdiam diri, namun Luna merasa perlu mendapatkan jawaban.

Dengan suara pelan, Luna akhirnya bertanya, "Kenapa kaka tadi bersikap seperti itu? Willi kan nggak berbuat salah apa-apa?"

Danny menghela napas panjang, lalu menjawab tanpa menoleh. "Gue nggak percaya sama dia. Gue cuma nggak mau lo dekat-dekat dia lagi."

Luna menatap kakaknya dengan bingung. "Tapi... kenapa? Willi sudah lama jadi temanku, dia nggak pernah bikin masalah selama denganku," ucapnya lembut, mencoba memahami alasan Danny.

Danny mendesah malas, tampak gelisah. "Nggak penting dia temen lo atau bukan, gue cuma merasa nggak nyaman. Ada sesuatu tentang dia yang nggak gue suka."

Jawaban Danny sunggu diluar dugaan, membuat luna semakin bingung.

Danny menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara lagi. "Luna, gue cuma mau lo hati-hati dalam memilih teman, buktinya tadi apa? Lo dibully kan sama naomi itu" katanya, suaranya terdengar lebih lembut kali ini. "Dan lo tau, papa pernah memperingatkan soal ini. Kalau sampai terjadi sesuatu atau ada masalah, papa nggak akan segan-segan buat menghukum lo."

Luna terdiam mendengar penjelasan itu. Meski ia tahu Danny hanya ingin melindunginya, dia masih merasa ada yang aneh dengan alasan tersebut, karna setaunya. Willi tidak pernah menunjukkan tanda-tanda sebagai teman yang buruk.

"Tapi Willi itu bukan tipe orang yang akan bisa bikin masalah, kak" jawab Luna dengan sedikit keraguan.

Danny menggelengkan kepalanya, mencoba menutupi keraguan dalam dirinya. "Ini bukan soal Willi saja. Gue nggak mau lo terluka... atau papa sampai menghukum lo. Gue cuma... Mau lo aman."

Luna memandang kakaknya dari belakang, bingung dengan sikapnya. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang berbeda, kadang dia terlihat tidak peduli tapi kadang juga terlihat seolah-olah dia menahan perasaan yang lebih dalam, sesuatu yang tidak ingin Danny akui. Tapi Luna juga tidak ingin memperdebatkannya lebih jauh.

"Sudah lah, gausah di bahas. Kalau lo masih pengen deket sama willi ya terserah tapi___ kalau tiba-tiba kuliah lo berantakan cuma gara-gara deket sama willi, dan papa tau. Gue gak ikut-ikutan" Jelas Danny seraya memperingatinya

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang