part 32

58 6 5
                                    

*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*******

Di tengah malam yang sunyi, Alma melangkah keluar dari rumah dengan wajah penuh ketegasan, menyembunyikan perasaan gelisah yang ia rasa. Ia mengenakan mantel panjang berwarna gelap, menutupi sebagian wajahnya, namun raut wajahnya yang tegas dan datar tidak bisa disembunyikan. Alma tidak ingin ada orang yang tahu apa yang akan ia lakukan malam ini. Supir pribadi yang telah lama mengabdi padanya mengemudikan mobil dengan hati-hati, menuntun mereka menuju tempat yang sangat asing bagi Alma, sebuah bangunan tua di pinggiran kota, tempat yang penuh dengan kenangan buruk.

"Semua harus beres malam ini," gumam Alma dalam hati. Ia tidak bisa membiarkan masa lalu terus mengganggunya, meskipun itu berarti ia harus menghadapi seseorang yang telah lama ia hindari.

Setelah beberapa saat, mobil berhenti di depan sebuah gedung tua yang sepi, hampir tidak ada tanda kehidupan di sekitar situ. Alma menghela napas panjang dan keluar dari mobil, melangkah dengan mantap ke arah pintu besar yang terbuka sedikit, seolah menunggu kedatangannya.

Di dalam, seorang pria paruh baya dengan wajah keras dan tajam menyambutnya. Tubuhnya tegap, berpakaian serba hitam dengan ekspresi dingin yang membuat suasana semakin tegang. Alma mengenalnya dengan baik, dan lelaki itu pun mengenalnya dengan sangat baik. Pria ini adalah orang yang selalu menjadi bayangan gelap dalam hidup Alma, seseorang yang memiliki kekuatan luar biasa di dunia bawah tanah.

"Saya harap kamu tahu kenapa saya datang," ujar Alma dengan suara yang tegas, meski hatinya tidak tenang.

Lelaki itu tersenyum sinis, memandang Alma dengan tatapan tajam. "Tentu saja saya tahu, Alma. Kamu datang untuk menebus dosa lama, kan?" Suaranya begitu datar, penuh ancaman yang tersembunyi di balik kata-katanya.

Alma meneguk ludahnya, namun ia tidak menunjukkan rasa takut di wajahnya. "Saya datang untuk menegaskan bahwa kita tidak akan membahas kejadian itu lagi. Tidak ada yang perlu diungkit. Ini hanya masalah pribadi antara kita berdua."

Pria itu tertawa rendah, nada tertawanya seolah penuh kebencian. "Oh, begitu? Kamu kira aku akan membiarkanmu begitu saja setelah semua yang kamu lakukan padaku? Tidak, Alma. Aku punya kenangan tersendiri tentangmu."

Ancaman itu menggantung di udara, membuat Alma merinding. Ia tahu betul bahwa meskipun ia berusaha menutup rapat masa lalunya, pria ini tidak akan pernah membiarkan hal itu terlupakan. Selama bertahun-tahun, ia telah diperas dan diancam oleh orang ini, yang tak segan-segan merusak hidupnya bila ia melawan.

Alma menggenggam tangannya, menahan diri. "Kamu tidak bisa memeras saya lagi. Saya akan membayar segala sesuatu yang berhutang, tapi saya ingin kamu berhenti mengancam saya dan keluargaku. Jangan pernah sentuh mereka, kecuali luna. Anak itu mati pun aku tidak peduli,"

Lelaki itu mendekat, bibirnya membentuk senyum yang mengerikan. "Tsk, kejam juga ya kau"

Alma menatapnya dengan waspada, apa yang ia ucapkan memang benar, ia tidak perduli jika luna yang celaka karna ulahnya. Setelah itu alma akan berencana melumpuhkan pria itu dan akan melaporkannya pada polisi. "Aku hanya tidak menyukai anak yang dari wanita aku benci. Jadi jangan pernah sekali-sekali mengganggu kehidupan putraku,"

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang