********Setelah beberapa tahun bersama, kehidupan Luna dan Danny dipenuhi dengan kebahagiaan yang sederhana namun penuh makna. Pernikahan mereka telah membawa mereka ke dalam babak baru, di mana cinta mereka terus tumbuh setiap harinya. Meskipun hidup seringkali penuh tantangan, mereka selalu tahu bagaimana cara untuk tetap bersama, saling mendukung dan mencintai tanpa syarat.
Pada suatu pagi yang cerah, di rumah kecil yang mereka huni bersama, Luna sedang sibuk menyiapkan sarapan. Danny yang baru saja bangun tidur, dengan rambut acak-acakan dan wajah sedikit terlelap, masuk ke dapur. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung mendekati Luna, memeluknya dari belakang.
Luna yang kaget hanya bisa tertawa ringan. "Danny, jangan seperti ini di pagi hari," katanya dengan suara lembut, berusaha melepaskan pelukan suaminya yang erat.
"Tapi aku kangen sayang," jawab Danny, suaranya terdengar manja, "Pagi-pagi begini, harusnya kamu beri aku perhatian dulu."
Luna terkekeh, merasakan kebiasaan Danny yang selalu ingin manja dengannya, bahkan di pagi hari. "Kamu ini, dari dulu saja sudah seperti anak kecil," ujar Luna sambil menggoda, namun hatinya hangat dan penuh cinta.
Danny mengangkat wajahnya sedikit, menatap Luna dengan tatapan penuh kasih sayang. "Iya, karena aku memang anak kecil yang jatuh cinta pada adik kecilku ini."
Luna memutar matanya, tak bisa menahan senyum. "Kamu ini sudah besar, Danny. Jangan terlalu manja terus."
"Tapi aku merasa bahagia kalau kamu ada di sini, di sampingku. Cuma kamu yang bisa bikin aku merasa lengkap," jawab Danny dengan lembut, masih memeluk Luna, yang kini sudah melunak dengan kehangatan pelukan suaminya.
"Jadi, kamu tidak akan pernah berubah ya?" tanya Luna, sambil tersenyum dan memutar tubuhnya untuk menghadapi Danny.
"Enggak, aku tetap akan jadi pria yang manja ini seumur hidup," jawab Danny, lalu memberikan ciuman lembut di kening Luna. "Asalkan kamu tetap ada di sisiku."
Luna tertawa, meskipun dalam hatinya, ia merasa sangat bersyukur. Dia menyadari betapa banyak kebahagiaan yang telah mereka lewati bersama, bagaimana setiap hari terasa lebih berwarna hanya dengan adanya Danny di hidupnya. "Aku akan selalu ada, Danny. Bahkan saat kamu sudah tua, tetap manja sama aku," kata Luna, kemudian mengecup pipi Danny dengan penuh cinta.
Tak lama kemudian, mereka duduk di meja makan, menikmati sarapan bersama. Kehangatan di antara mereka begitu terasa, bukan hanya karena suasana pagi yang cerah, tapi karena cinta yang telah mengikat mereka lebih dalam dari sebelumnya.
"Kalau nanti kita tua, apakah kamu masih mau mengurus aku?" tanya Danny, sambil memandangi Luna dengan tatapan serius, meski masih ada senyum manis di bibirnya.
Luna menatapnya dengan lembut, mengingat setiap detik kebersamaan mereka. "Tentu saja. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. Aku janji."
"Jadi, aku nggak usah khawatir kalau nanti perutku makin buncit dan rambutku makin rontok, kan?" Danny bergurau sambil tertawa.
Luna memukul pelan lengan Danny, "Jangan khawatir, aku akan tetap mencintaimu, bahkan kalau kamu jadi kakek-kakek yang gemuk dan botak. Cinta kita akan tetap sama."
Danny tersenyum lebar, merasa seakan dunia ini hanya milik mereka berdua. "Aku rasa, aku sudah sangat beruntung, Luna."
Luna menatap Danny, matanya berbinar, "Tidak lebih beruntung dari aku."
Mereka tertawa bersama, menikmati kebersamaan yang penuh cinta dan tawa. Di dunia yang penuh dengan kerumitan, di situlah mereka menemukan kedamaian mereka sendiri, dalam kebersamaan, dalam kehangatan cinta, dan dalam keinginan untuk selalu menjaga satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luna (END)
Teen Fiction⚠️jangan plagiat‼️ide mahall sengkuu, yuk guys sebelum baca janlup follow dulu⚠️ "Orang menangis bukan karena mereka lemah. Tapi, mereka menangis karena telah berusaha kuat dalam waktu yang lama" -Luna Ruzelia "Tujuanku adalah selalu membuatmu, ter...