EKA - Awal dan Akhir

743 34 2
                                    

Laki-laki dengan rambut rapi tersisir, wajah yang sedikit merah dan tangan yang terus terkepal sedang mengendalikan emosi dirinya. Sejak 15 menit yang lalu, dia mencari celana sekolahnya yang hilang entah kemana. Padahal seingatnya setelah mengeluarkannya dari lemari, dia simpan di ujung kasur miliknya. Tapi entah kenapa, saat dia keluar dari kamar mandi dan ingin memakainya, celana miliknya raib, hilang. Seperti ditelan oleh bumi tanpa jejak.

Dari lantai satu rumah, lebih tepatnya dapur, seorang wanita dengan rambut yang diikat dan celemek penuh noda saus terus memanggilnya agar turun. Sudah siang sekali hari ini, apalagi ini adalah hari pertama dia bekerja. Mana mungkin di hari pertamanya bekerja dia harus terlambat.

"RENJUN, kamu sedang apa diatas sana, cepat turun, ini sudah siang." Teriaknya menembus beberapa rumah tetangganya, itu sangat kencang.

Amarah laki-laki bernama Renjun itu memuncak, dia menendang tas sekolahnya, meskipun sedetik kemudian dia ambil dan rapihkan kembali isinya. Ini hari pertamanya menjadi siswa SMA, dia tak mungkin berprilaku seperti anak SD lagi.

Renjun turun tanpa celana sekolahnya. Dia hanya memakai kolor pendek berwarna kuning mencolok dengan gambar pokemon di sisi-sisinya. Wanita yang sejak tadi masih belum melepas celemek kotor itu lantas tertawa melihat Renjun turun dengan gaya seperti itu. Memangnya ada ya seorang murid sekolah berpakaian seperti itu. Atas rapi, bawah amburadul.

"Kamu mau sekolah apa mau main layangan hah?" Wanita itu menggeleng sambil kembali mengerjakan kewajibannya di dapur.

"Celana sekolah Renjun nggak ada bun, padahal udah dicari-cari tapi tetep nggak ada." Jawab Renjun dengan bibir maju 1 cm ke depan.

"Kamu nyari celana sekolah apa nyari tukang jahitnya hah? Kamar sekecil itu masa nggak ketemu."

"Ahhh bunda, Renjun lagi kesel nih." Renjun duduk di kursi meja makan. Dia berusaha menahan amarahnya agar tidak membludak.

"Ya udah iya maaf. Bunda bantuin cari, kamu makan dulu. Habisin!"

Tanpa menjawab ucapan wanita yang dia panggil Bunda itu, Renjun langsung melahap masakan Bundanya. Seperti biasa, masakan itu menjadi masakan paling luar biasa yang Renjun rasakan. Tak ada yang bisa menyainginya.

Bunda tersenyum melihat anaknya yang mulai melahap sarapannya. Tanpa banyak bicara lagi, bunda membuka celemek kotor itu lantas langsung naik ke lantai dua, lebih tepatnya ke kamar Renjun. Tak sampai 5 menit, bunda sudah turun dari kamar Renjun. Tentunya dengan celana yang Renjun cari. Mudah sekali bunda menemukannya.

"Ekhemm, lain kali kalo nyari sesuatu itu pake mata sama pake tangan, jangan pake emosi doang." Goda bunda pada Renjun yang sudah menghabiskan setengah dari sarapannya.

Renjun hanya tersenyum bodoh sambil menggaruk kepalanya. Entah kenapa dan bagaimana bisa bunda menemukan celana sekolah miliknya itu. Renjun yakin, bunda pasti memiliki kekuatan super yang bisa melihat tembus pandang, objek apapun bisa dia tembus dengan matanya. Makannya bunda dengan mudah dan cepat menemukan celana sekolah miliknya. Itulah kesimpulan yang diambil Renjun pagi ini.

Renjun menghabiskan sarapannya, itu sarapan yang cukup untuk mengganjal rasa laparnya sampai nanti siang. Renjun dengan cepat menarik celananya yang sudah bunda simpan di atas meja makan, memakainya dengan cepat lalu bergegas menyusul bunda yang sudah siap pergi ke kantor di teras depan.

"Kamu yakin nggak bawa bekal Jun?" Tanya bunda memastikan anaknya kembali. Bekal makanan ya, bukan bekal uang. Kalo uang sih udah pasti Renjun terima.

"Udah gede bun, malu."

"Udah gede ya kamu? Masa sih? Kok masih segini aja." Ya memang, tubuh Renjun sepertinya tak bertumbuh lagi. Hanya segitu-segitu saja. Padahal masih tumbuh kok, ya cuma nggak tumbuh-tumbuh banget.

APUS | HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang