Renjun terbangun. Pagi hari dengan matahari yang tersenyum lembut. Renjun melihat sekitarnya. Apa dia di kamarnya, atau di tempat lain. Saat dia benar-benar sudah bangun, dia sadar. Renjun saat ini berada di rumah sakit.
Seketika air matanya mengalir deras. Semalam ternyata bukan mimpi, semalam benar-benar kenyataan. Toko kue bunda terbakar habis. Bunda dimana, bunda sekarang dimana. Renjun tak kuasa menahan semua rasa kehilangan ini.
Renjun beranjak, dia harus memastikan sesuatu. Dia harus memastikan jika bundanya selamat. Bunda bukan wanita lemah. Dia bukan seseorang yang mudah sekali menyerah.
Renjun keluar dari kamarnya. Salah satu suster melihat itu, lantas mendekat mencoba menolong Renjun yang masih terlihat lemas.
"Adek mau kemana, sudah ya adek istirahat dulu. Luka adek masih belum sembuh." Suster itu mencoba menahan Renjun. Tapi tak bisa, Renjun terus berjalan. Dia tak akan mendengarkan siapapun.
Beberapa suster mendekat, mereka takut Renjun kenapa-kenapa. Mereka melihat Renjun seperti orang yang baru bisa berjalan. Kakinya seperti tak bertenaga.
Renjun tak bisa menahan sakit di dadanya. Dia ambruk, terjatuh begitu saja di area depan. Semua suster panik, mereka segera menolong. Tapi tangan mereka ditepis oleh Renjun. Dia harus pergi dari sini. Dia harus bertemu bunda.
Seseorang yang Renjun kenal datang. Dia panik melihat Renjun tergeletak dilantai. Dia langsung mendekati Renjun.
"Lo harus istirahat dulu."
"Gak bisa Jen... Bunda gue... Bunda..."
Jeno tak bisa menahannya, dia meneteskan air matanya. Baiklah, meskipun Renjun akan membencinya dia tak peduli. Jeno harus membawa Renjun ke kamarnya lagi.
Jeno memangku Renjun. Renjun berontak. Dia terus memukuli Jeno. Renjun juga tak berhenti berteriak ingin bertemu dengan bundanya. Hati Jeno sakit sekali melihat Renjun seperti ini.
Renjun berhasil ditenangkan, ada Jeno disampingnya saat ini.
"Gue minta maaf. Gue gak bisa liat lo kaya tadi." Jeno terus meminta maaf pada Renjun. Dia tahu, Renjun pasti membencinya saat ini.
"Bunda nggak pernah ninggalin gue. Tapi dalam keadaan gini malah gue yang ninggalin bunda." Renjun berkata seperti itu dengan air mata yang mengalir terus di pipinya.
"Polisi pasti cari siapa pelakunya. Dia harus ditangkap. Mau seberkuasa apapun dia."
Renjun melirik Jeno. Ada amarah besar yang sedang Jeno pendam.
Saat kamar itu hening. Haechan masuk. Keadaanya buruk, dia terlihat buruk sekali.
Saat mata Haechan melihat Jeno, seketika amarahnya memuncak. Dia langsung melompat ke arah Jeno. Membawa Jeno ke tepi kamar, lalu menonjoknya dengan sekuat tenaga. Bibir Jeno berdarah, keras sekali pukulan itu.
Haechan membabi buta, dia menonjok Jeno berkali-kali hingga Jeno rubuh dilantai. Jeno tak melawan, entah kenapa dia hanya diam saja.
"Lo masih punya muka hah kesini? Lo nggak merasa bersalah?" Ucap Haechan dengan tangan yang mencengkram keras kerah baju Jeno.
"Maksud lo apa?" Jeno kesusahan bicara, bibirnya sakit.
"Lo yang bakar toko kue bunda."
Demi mendengar ucapan Haechan barusan, Renjun melirik tajam. Apa yang dimaksud Haechan, Jeno yang membakar toko kue bundanya.
"Kenapa diem hah? Kaget gue tau semuanya. Gue tau kebusukan lo. Gue tau sifat iblis lo. Dasar manusia miskin..." Haechan menonjok Jeno kembali. Kini Jeno tertunduk. Dia tak bisa menjelaskan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
APUS | HyuckRen
Fiksi RemajaAda banyak cerita yang dilalui Renjun. Dari mulai pertemanan, percintaan dan pengkhianatan. Banyak yang datang dari masa depan, tapi ada yang kembali dari masa lalu. Renjun tak sendiri sekarang, dia memiliki banyak teman. Dia tau, dunia akan terus b...