Sepulang sekolah, Jaemin tak langsung pulang kerumahnya. Dia akan mengambil pesanannya di toko kue bunda. Niat keduanya dia mampir ke toko itu kan ingin bertemu dengan Renjun, tapi sayang, Renjun tak ada. Jaemin sedikit kecewa.
Jaemin menunggu supirnya yang tengah mengisi bahan bakar kendaraanya di sekitaran toko itu. Dia duduk di bangku tak jauh dari toko kue bunda.
Seseorang dengan pakaian serba hitam, masker dan topi menghampiri Jaemin. Jaemin terlihat terkejut melihat siapa orang itu. Bahkan dia reflek untuk menggeser duduknya.
"Mau kemana princess?" Ucap orang itu.
"Mau apa?" Gelagapan Jaemin.
"Cuma ingin bertanya kabar princess, emangnya kenapa?"
Jaemin bungkam.
"Kok diem aja. Takut ya gue bongkar semua kebusukan lo sama ayah lo itu?"
"Apa mau lo?"
"Waw, biasanya pakai aku kamu. Sekarang udah belajar gue lo ya? Ahh anak pintar." Orang itu mengusap kepala Jaemin.
"Lo pergi, gue gak sudi liat muka lo."
"Hahaha... Gue lebih gak sudi liat lo selalu menang dengan cara kotor."
Jaemin diam.
"Ayah sama anak ternyata sama saja. Dia rela melakukan apapun demi sesuatu yang dia inginkan. Dia tak memikirkan resikonya. Karena apa? Yaa karena semua resiko itu akan di tanggung oleh mereka yang tak punya apa-apa."
Jaemin masih diam, dia ketakutan.
"Semester ini lo mau rank berapa hah? 1? Atau masih mau ke 2? Atau mau nyoba ke 3?"
"Lo nggak berhak ngomong kaya gitu?"
"Kenapa Na Jaemin? Kenapa hah?" Nada orang itu meninggi.
"Semua yang gue dapatkan dari ayah adalah kesempatan. Kesempatan bagi gue." Jaemin memberanikan diri menjawab.
"Kesempatan? Najis banget hal kotor kaya gitu lo bilang kesempatan. Inget ya Na Jaemin, kebusukan lo dan ayah lo itu bakalan ke bongkar suatu hari nanti."
"Lo bakal bongkar semuanya? Lo nggak takut sama..."
"Ngapain gue takut. Semenjak lo hancurin keluarga gue, gue gak pernah takut apapun kecuali tangisan ibu gue sendiri. Lo inget satu hal ini, gue bakalan bikin semua kesempatan lo itu jadi bumerang buat lo sendiri. Dan gue akan memastikan, semua orang akan ikut benci sama lo."
Orang itu pergi. Raut wajahnya marah. Sepertinya dia serius mengancam Jaemin kali ini.
Jaemin mengatur nafasnya. Dia takut, dia marah, dia ingin meluapkannya, tapi tak bisa. Jaemin menunduk, apa semua yang dia lakukan salah di mata orang lain. Apa hanya dirinya sendiri yang harus menderita seperti ini.
Apa yang harus Jaemin lakukan saat ini. Apa harus dia melakukan sesuatu yang bodoh yang akan membuat ayahnya jatuh. Itu tak mungkin sekali. Tapi ucapan orang itu terlalu membekas. Kepala Jaemin seperti akan pecah. Kenapa harus ada dia di kehidupannya. Dan kenapa dia.
Tak lama supir itu datang dan langsung mengangkat semua pesanan roti milik Jaemin. Jaemin berpura-pura tak terjadi apa-apa. Dia malah bilang untuk segera sampai rumah karena dia kelelahan.
***
"Yangyang dimana bun?" Tanya Renjun yang baru saja pulang membeli bahan baku yang kosong.
"Tuh, dia lagi bersihin kain pel." Bunda masih sibuk dengan adonan di tangannya.
Renjun melangkah menuju area wc dapur. Dia menemukan Yangyang tengah duduk sembari mengetik sesuatu di ponselnya. Sepertinya itu penting.
"Yang." Panggil Renjun.
![](https://img.wattpad.com/cover/370906161-288-k709499.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
APUS | HyuckRen
Fiksi RemajaAda banyak cerita yang dilalui Renjun. Dari mulai pertemanan, percintaan dan pengkhianatan. Banyak yang datang dari masa depan, tapi ada yang kembali dari masa lalu. Renjun tak sendiri sekarang, dia memiliki banyak teman. Dia tau, dunia akan terus b...