Renjun berangkat ke sekolah, lumayan siang dari biasanya. Bunda sempat membuatkannya sarapan, meskipun bunda sudah tak ada di rumah. Dia membawanya kesekolah, takut jika dia sarapan akan terlalu siang dia berangkat.
Renjun masuk ke kelasnya, menyetor wajahnya pada sekretaris. Ceklis, dia sudah di anggap hadir.
"Gimana Yangyang?" Tanya Jeno.
"Lumayan sih, tinggal kakinya aja yang masih di gips. Kepalanya juga udah aman." Jawab Renjun sambil mengorek-ngorek isi tasnya, mencari formulir pendaftaran.
"Lo udah daftar buat Art Fair?"
"Ini baru mau."
"Sekarang aja, sekalian gue mau ke ruang admin." Taktik Jeno lumayan juga ya akhir-akhir ini.
Renjun mengangguk.
Renjun dan Jeno menyusuri koridor sekolah sambil membicarakan pertandingan basket kemarin yang sempat di lewatkan Renjun. Berkali-kali Renjun menonjok telapak tangan kirinya. Dia puas mendengar Jeno berkali-kali membanting pemain lawan yang membuat Yangyang terluka. Meskipun di bagian Jeno membanting Haechan ada sedikit rasa kasihan pada Haechan.
Renjun masuk ke ruangan kesenian, mendaftar lalu berbincang-bincang sedikit dengan pembina kelas kesenian. Renjun salah satu anggota mereka. Meskipun jarang mengikuti kelas kesenian, Renjun masih dianggap bagian mereka.
"Konsep apa nih yang bakalan kamu ambil?"
"Awalnya pengen kaya pemandangan aja, simpel, tapi banyak makna sama arti. Cuma kalo dipikir-pikir apa menariknya lukisan pemandangan. Lebih bagus liat pemandangannya langsung kan. Jadi saya mau lukis sejadinya aja, bermakna keluarga, teman, sahabat, pacar dan yang lainnya. Simpel tapi ya gitu lah."
"Kamu beneran mau ngambil konsep kaya gitu? Simpel banget itu. Ini acara besar Jun. Kamu berkesempatan bagus loh buat di lirik sama pelukis handal yang jadi juri itu. Siapa tau kamu dapat promosi atau apalah gitu."
"Justru sesuatu yang kita anggap sederhana akan jauh lebih dimengerti sama khalayak. Nggak cuma sama penikmat seni aja. Kadang sesuatu yang campur aduk, berkonsep sulit diartikan itu malah membuat mereka malas untuk melihat. Kaya, ni orang gambar apa sih."
Pembina kelas seni itu mengangguk, setuju dengan apa yang di utarakan Renjun. Karena di acara Art Fair ini bukan hanya penikmat seni saja yang akan hadir. Tapi akan banyak orang awam yang hadir juga. Tak salah jika Renjun mengambil konsep simpel itu. Dia ingin memikat hati banyak orang.
Renjun keluar dari ruang kesenian. Renjun tak sengaja melihat Jaemin. Dia sedang membawa banyak tumpukan kertas. Dia kesusahan sampai beberapa kertas yang ada di tangannya berhamburan satu persatu. Renjun mendekat, hendak menolongnya.
Sesaat Jaemin melihat Renjun mendekat, dia langsung pergi. Menjauh. Dia tak peduli kertas itu tak dia ambil. Toh ini kertas sudah tak ada gunanya lagi. Dia memang hendak membakarnya di belakang sekolah.
Renjun bingung, kenapa akhir-akhir ini Jaemin menghindarinya. Apa ada yang salah dengan dirinya.
Renjun menemukan sesuatu, ada amplop coklat kecil. Itu pasti amplop Jaemin yang tak sengaja terjatuh tadi. Renjun mengambilnya. Awalnya dia ingin mengejar Jaemin, memberikan amplop ini. Siapa tau itu amplop penting.
Tapi saat Renjun mengambilnya, ada tulisan kecil di bagian atas kanan amplop itu.
Jaemin & Jeno
Sebentar, apa Renjun tak salah lihat. Renjun mengeceknya sekali lagi, benar kok, Jaemin Jeno.
Penasaran memuncak di kepala Renjun, dia membuka amplop itu. Di dalamnya ada 6 foto. 5 diantaranya foto Jaemin dan Jeno saat mereka di Sekolah Menengah Pertama. Satu lagi foto Jeno sendirian. Di foto itu Jeno terlihat manis. Senyumnya merekah membuat kedua matanya menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
APUS | HyuckRen
Teen FictionAda banyak cerita yang dilalui Renjun. Dari mulai pertemanan, percintaan dan pengkhianatan. Banyak yang datang dari masa depan, tapi ada yang kembali dari masa lalu. Renjun tak sendiri sekarang, dia memiliki banyak teman. Dia tau, dunia akan terus b...