Sudah seminggu sejak kedatangan Mark. Haechan semakin jauh dari Renjun. Bahkan notifikasi di ponsel Renjun pun seminggu terakhir menjadi sepi. Apa sesibuk itu Haechan sampai lupa pada Renjun.
Setiap hari Haechan membawa 'sahabat kecilnya' itu ke toko kue bunda. Bahkan bunda juga sudah mengenal baik Mark. Dia anak yang baik dan dewasa. Dia selalu menghargai sekecil apapun yang orang lain berikan. Seperti kue yang bunda sempat berikan pada Mark. Berkali-kali dia memuji bahkan dia sampai menjilati jarinya yang terkena krim dari kue yang bunda berikan.
Renjun semakin tak terkendali, dia semakin uring-uringan. Entah kenapa juga akhir-akhir ini dia menjadi tak bisa fokus dan tenang. Padahal dia sedang mencari ide untuk lukisannya yang akan dia kerjakan nanti. Tapi otaknya seperti tak bekerja. Setiap kali dia memutar otaknya mencari inspirasi, hanya ada Mark, Mark dan Mark saja. Apa dia jatuh cinta pada Mark?
Yangyang menatap sedih bagaimana kekacauan yang tengah dialami Renjun. Hingga hari ini, dia memutuskan untuk mengajak Renjun jalan-jalan. Renjun setuju.
Mereka pergi ke salah satu mall di kota mereka. Awalnya Renjun hendak membeli cat untuk dia nanti melukis. Tapi dia baru ingat, cat dari Jeno pun belum dia gunakan.
"Lo beneran nggak mau ke toko alat tulis Jun? Biasanya juga lo paling semangat ke sono." Ucap Yangyang yang heran melihat keanehan Renjun.
"Bener Yang. Nggak ada lagi hal yang perlu gue beli juga."
Tak banyak hal yang mereka berdua lakukan di mall itu. Mereka hendak pulang sekarang. Tapi
BRUUKKK
Renjun yang tengah bercanda dengan Yangyang menabrak seorang bapak-bapak yang tengah berjalan dengan segelas kopi di tangannya yang sekarang tumpah. Mereka berdua ketakutan, melihat bagaimana ekspresi bapak-bapak itu.
"Haduh kalian ini hah. Kalo jalan dipake matanya. Saya yang udah tua aja kalo jalan pake mata." Oceh bapak-bapak itu yang kecewa kopinya baru saja dia minum 2 kali sudah tumpah.
"Maaf pak, kita nggak sengaja. Kita ganti ya pak kopinya." Renjun sedikit takut.
"Kalian masih sekolah?" Tanya bapak itu.
"Masih." Jawab Renjun dan Yangyang.
"Mana kartu pelajar kalian."
Renjun dan Yangyang terpaksa memberikan kartu pelajar mereka. Sebenarnya mereka takut memberikan kartu itu da orang asing, tapi orang asing ini lebih menakutkan.
"Saya sita ini dulu. Kalian ikut saya."
Renjun mengutuk dirinya dan Yangyang. Bagaimana ini, bagaimana jika dia dan Yangyang diculik. Tapi kan kalo konsep menculik orang itu, pasti orang yang diculik adalah orang kaya. Mereka akan meminta tebusan yang diluar nalar lalu mengembalikan sandra mereka. Tapi kan Renjun dan Yangyang bukan orang kaya.
"Duhh Jun, gue takut dijual." Ucap Yangyang.
"Diem Yang. Kita ikutin aja dia. Mentok-mentok kalo dijual juga nggak bakalan laku kita." Sebenarnya Renjun juga takut, tapi dia harus menenangkan susasan ini.
Yangyang diam, dia malah lebih ketakutan.
Mereka sampai di depan bioskop.
"Kalian berdua tunggu disini. Kalo sampe kalian kabur, besok saya akan dateng ke sekolah kalian yang elit itu terus saya laporkan kelakuan kalian hari ini."
Oke, Renjun dan Yangyang tak ada pikiran untuk kabur. Mereka kepalang takut.
Bapak-bapak itu keluar. 3 tiket bioskop, 3 minuman ukuran kecil dan 2 popcorn ada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
APUS | HyuckRen
Teen FictionAda banyak cerita yang dilalui Renjun. Dari mulai pertemanan, percintaan dan pengkhianatan. Banyak yang datang dari masa depan, tapi ada yang kembali dari masa lalu. Renjun tak sendiri sekarang, dia memiliki banyak teman. Dia tau, dunia akan terus b...