Mimpi Buruk Renjun

80 3 0
                                    

Pengumuman pemenang Art Fair ditunda, juri mengatakan mereka kesulitan mencari pemenang. Jadi mereka akan diberi waktu hingga besok. Semua orang termasuk peserta bubar dari acara tersebut. Mc menutup acaranya dengan baik, dan berkata bawa besok mereka akan segera mengumumkan pemenangnya.

"Kita makan dulu nggak sih?" Ujar Yangyang pada Haechan dan Renjun yang terlihat semakin dekat saja.

"Dimana?" Tanya Renjun.

"Dimana aja, yang penting makan."

Mereka singgah disalah satu kedai makanan malam. Kedai itu menjual berbagai jenis olahan mie dan olahan seafood. Tak banyak pelanggan mereka, tapi Renjun rasa lebih baik mereka masuk dan merasakan rasanya terlebih dahulu daripada langsung menilai makanan kedai itu tak enak.

"Selamat datang, silahkan kak." Pegawai kedai itu menyapa dengan hangat.

Tanpa disuruh, Yangyang langsung memesan beberapa jenis makanan. Sedikit banyak, tapi tak apa, Haechan yang membayarnya. Pegawai itu tersenyum mendapatkan pesanan yang lumayan banyak. Dia bergegas menuju dapur dan mempersiapkannya.

Selang 10 menit, Jeno dan beberapa panitia masuk ke dalam kedai itu. Renjun yang tahu lebih dulu menyapa Jeno sambil melambaikan tangannya.

"Sini aja gabung." Ucap Renjun.

Awalnya Jeno menolak, tapi panitia yang ikut memutuskan untuk bergabung saja. Toh meja yang kedai ini sediakan muat beramai-ramai.

"Ahh jangan bahas lukisan. Kita obrolin yang lain aja." Renjun tak enak sekali. Sesaat setelah mereka duduk, mereka langsung membicarakan lukisan Renjun. Mana mereka bertanya lagi inspirasi sebenarnya dari lukisan itu apa.

"Emhh kalian tau nggak? Jaemin pindah ke luar negeri." Tiba-tiba seseorang berbicara, dia panitia dari kelas 12.

"Ahh gue tau. Dia katanya dipindah sebab ibunya juga pindah kesana. Yahh biasalah orang kaya mau pindah sekolah gampang bener." Timpa yang lain.

"Lo salah. Yang bener tuh Jaemin emang nggak bisa diandalkan sama ayahnya. Lo tau kan hasil ujian kemaren. Dia turun drastis."

"Ehh tapi gue masih penasaran. Kenapa Jeno nggak masuk kelas unggulan."

Semua orang melirik Jeno. Suasana ini menjadi tak enak saja dirasakan.

"Ahh itu gue yang mau. Gue gak mau masuk kelas unggulan." Jawab Jeno.

"Lah, lo nolak? Bukannya lo...."

"Udah lah, masa lalu itu. Mau unggulan atau kelas biasa, tuh otak Jeno nggak ada lawan." Yangyang melerai keingintahuan mereka. Dan untunglah, makanan mereka cepat sampai. Jadi mereka tak perlu membicarakan itu.

Makanan tandas, panitia Art Fair yang ikut dengan Jeno mereka kembali ke sekolah. Tinggal lah disana Jeno, Haechan, Renjun dan Yangyang.

Dilihat dari suasana, perang masih berkecamuk antara Haechan dan Jeno. Yah meskipun mereka tak saling tonjok, tapi mata mereka seperti ingin saling membunuh. Jika Yangyang dan Renjun tidak ada, sepertinya mereka sudah ada di ring tinju.

Ponsel Yangyang berbunyi, ada telpon masuk. Disana tertulis ayahnya yang menelpon. Yangyang keluar kedai, dia tak mau semua orang mendengar percakapannya.

"Makasih udah pake cat dari gue." Jeno berbicara, dia melirik Renjun yang masih melihat keluar, melihat Yangyang.

"Ahh gue yang makasih. Lo udah kasih gue cat itu." Renjun membalasnya dengan senyuman manis.

"Berapa harga cat itu?" Haechan bertanya. Sepertinya dia masih tak ingin kalah.

"Nggak bisa dibeli pake uang." Balas Jeno.

APUS | HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang